Jumat, 05 Agustus 2016

SHALATNYA ORANG BISU DAN TULI


Assalamu'alaikum wr wb.

Numpang tanya ustadz/dzah.. Sahkah shalatnya orang BISU.. (dr Takbir sampai Salam memakai bacaan versinya sendiri.


JAWABAN:

Wa’alaikum salam wa rahmatullah wa barakatuh.


wajib atas orang bisu untuk menggerakkan lisan yang bermaksud membaca dengan kadar menggerakkanya orang yang mengucapkan, karena bacaannya meliputi ucapan dan menggerakkan lisan, maka gugurlah sesuatu yang ia tidak mampu”.
Juga wajib bagi orang bisu untuk memperbagus gerakan lisannya atas tempat keluarnya huruf. Maka gerakan lisan, kedua bibir dan anak lidah adalah sesuai kemampuannya, karena suatu hal yang mudah tidak gugur dengan hal yang sulit. Jika ia tidak mampu dari hal tersebut, maka ia berniat dalam hatinya. Adapun orang yang tidak mampu memperbagus hal tersebut, maka ia tidak harus menggerakkan lisannya, karena itu sia-sia.
 juga wajib bagi orang bisu menggerakkan lisan, kedua bibir dan anak lidahnya pada saat melaksanakan takbiratul ihram semampunya, demikian juga dzikir-dzikir wajib yang lain, yakni tasyahud dan yang lain.  jika ia tidak mampu, maka ia harus berniat di dalam hati sebagaimana orang sakit.
Dengan demikian, shalatnya orang bisu dengan menggunakan versinya sendiri” adalah menggerakkan lisan serta memperbagus gerakan lisannya, maka shalatnya sah.


(السابعة) قال اصحابنا علي الاخرس ان يحرك لسانه بقصد القراءة بقدر ما يحركه الناطق لان القراءة تتضمن نطقا وتحريك اللسان فقسط ما عجز عنه . المجموع شرح المهذب - (ج 3 / ص 394)


وَعَلَى أَخْرَسَ يُحْسِنُ تَحْرِيكَ لِسَانِهِ عَلَى مَخَارِجِ الْحُرُوفِ كَمَا بَحَثَهُ الْأَذْرَعِيُّ وَمَنْ تَبِعَهُ فَتَحْرِيكُ لِسَانِهِ وَشَفَتَيْهِ وَلَهَاتِهِ قَدْرَ إمْكَانِهِ لِأَنَّ الْمَيْسُورَ لَا يَسْقُطُ بِالْمَعْسُورِ فَإِنْ عَجَزَ عَنْ ذَلِكَ نَوَاهُ بِقَلْبِهِ نَظِيرَ مَا يَأْتِي فِيمَنْ عَجَزَ عَنْ كُلِّ الْأَرْكَانِ أَمَّا مَنْ لَا يُحْسِنُ ذَلِكَ فَلَا يَلْزَمُهُ تَحْرِيكُهُ لِأَنَّهُ عَبَثٌ ، وَفَارَقَ الْأَوَّلَ بِأَنَّهُ كَنَاطِقٍ انْقَطَعَ صَوْتُهُ فَإِنَّهُ يَتَكَلَّمُ بِالْقُوَّةِ وَإِنْ لَمْ يُسْمَعْ صَوْتُهُ بِخِلَافِ هَذَا فَإِنَّهُ كَعَاجِزٍ عَنْ الْفَاتِحَةِ وَبَدَلِهَا فَيَقِفُ بِقَدْرِهَا وَلَا يَلْزَمُهُ تَحْرِيكٌ . تحفة المحتاج في شرح المنهاج - (ج 5 / ص 304)


وَيَلْزَمُ الْأَخْرَسَ تَحْرِيكُ لِسَانِهِ وَشَفَتَيْهِ وَلَهَاتِهِ بِالتَّكْبِيرِ قَدْرَ إمْكَانِهِ وَهَكَذَا حُكْمُ سَائِرِ أَذْكَارِهِ الْوَاجِبَةِ مِنْ تَشَهُّدٍ وَغَيْرِهِ قَالَ ابْنُ الرِّفْعَةِ فَإِنْ عَجَزَ عَنْ ذَلِكَ نَوَاهُ بِقَلْبِهِ كَمَا فِي الْمَرِيضِ. فتح الوهاب بشرح منهج الطلاب (1/ 46)


“Bagaimanakah cara menyampaikan ilmu syari’at kepada orang tuli / apakah orang tuli tetap tertuntut kewajiban sementara ia tidak dapat mendengar sebuah seruan?”

Orang yang tidak sampai kepadanya sebuah seruan tidak dikategorikan kafir juga tidak lingkup (hukum) kafir, melainkan termasuk dalam hukum muslim, karena ia tumbuh jauh dari Ulama’, ia adalah keluarga secara global. juga bagi orang bisu asli. Jika tidak asli (tidak sejak lahir) sebelum ia tamyis, maka sebagaimana asli, dan jika setelah tamyiz walaupun sebelum baligh dan ia mengerti hukum-hukum, maka wajib”.
Dengan demikian, kewajiban bagi orang tuli, maka ia tidak tertuntut sebuah kewajiban jika ia mengalami tuli sejak lahir atau sebelum tamyiz. Namun jika ia mengalami tuli setelah tamyiz walaupun sebelum baligh, maka ia tertuntut kewajiban.


وَقَدْ يُقَالُ مَنْ لَمْ تَبْلُغْهُ الدَّعْوَةُ لَيْسَ كَافِرًا وَلَا فِي حُكْمِهِ بَلْ فِي حُكْمِ مُسْلِمٍ نَشَأَ بَعِيدًا عَنْ الْعُلَمَاءِ، فَهُوَ أَهْلٌ فِي الْجُمْلَةِ كَمَا فِي ع ش عَلَى م ر. وَالْكَلَامُ فِي الْأَخْرَسِ الْأَصْلِيِّ. أَمَّا الطَّارِئُ فَإِنْ كَانَ قَبْلَ التَّمْيِيزِ فَكَالْأَصْلِيِّ وَإِنْ كَانَ بَعْدَ التَّمْيِيزِ وَلَوْ قَبْلَ الْبُلُوغِ وَعَرَفَ الْحُكْمَ تَعَلَّقَ بِهِ الْوُجُوبُ اهـ اج.. حاشية البجيرمي على الخطيب = تحفة الحبيب على شرح الخطيب (1/ 408)