Deskripsi masalah
Dari sekian hal yang mewajibkan mandi adalah janâbah dan haid. Ada seorang perempuan berhubungan intim dengan suminya, di waktu ingin mandi besar ternyata kedatangan tamu bulanan. Dia pun mengurungkan niat untuk mandi besar. Menurut pengetahuannya, orang perempuan haid dilarang mandi besar sebelum darah berheti mengalir, tapi dia juga kebingungan dengan persetubuhan yang sudah dilakukan dengan suaminya. Dengan penuh pertimbangan yang matang dia kemudian mandi besar dengan niatan menghilangkan hadas janâbah, bukan haid.
Pertanyaan
Kapan mandi janâbah atau hubungan badan yang dilanjutkan oleh haid wajib dilaksanakan?
Jawaban
Dilaksanakan setelah suci dari haid. Sedangkan pelaksanaan mandi hanya satu kali dengan niat menghilangkan hadas yang ada pada diri muhdist, sebab kendati penyebab mandi banyak, misalnya pada saat haid, mimpi basah berulang kali, maka hanya berkewajiban mandi satu kali.
Rujukan
(قال الشَّافِعِيُّ) إذَا أَصَابَتْ الْمَرْأَةَ جَنَابَةٌ ثُمَّ حَاضَتْ قبل أَنْ تَغْتَسِلَ من الْجَنَابَةِ لم يَكُنْ عليها غُسْلُ الْجَنَابَةِ وَهِيَ حَائِضٌ لِأَنَّهَا إنَّمَا تَغْتَسِلُ فَتَطْهُرُ بِالْغُسْلِ وَهِيَ لَا تَطْهُرُ بِالْغُسْلِ من الْجَنَابَةِ وَهِيَ حَائِضٌ فإذا ذَهَبَ الْحَيْضُ عنها أَجْزَأَهَا غُسْلٌ وَاحِدٌ وَكَذَلِكَ لو احْتَلَمَتْ وَهِيَ حَائِضٌ أَجْزَأَهَا غُسْلٌ وَاحِدٌ لِذَلِكَ كُلِّهِ ولم يَكُنْ عليها غُسْلٌ وَإِنْ كَثُرَ احْتِلَامُهَا حتى تَطْهُرَ من الْحَيْضِ فَتَغْتَسِلَ غُسْلًا وَاحِدًا.
(الأم، 1/45).