Assalamualaikum... nyuwun sewu badhe urun rembuk... mbak ponikem sdah 5x melahirkan dgn urutan nifas...
anak 1 nifas 1lahdoh(1tetes) anak 2 nifas 27 hr anak 3 nifas 40hr anak 4 nifas 60 hr
pas anak ke 5 dia mnjalani oprasi sesar. dan stelah sesar darah kluar slama 70hr. brpa nifasny?
~~~~~~~~~
JAWABAN:
Wa’alaikum salam wa rahmatullah wa barakatuh.
الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ
Setelah melahirkan anak yang ke V, mengeluarkan darah selama 70 hari dengan rincian kebiasaan (adat nifas) sebagaimana dalam deskripsi masalah tersebut di atas. Pada saat mengeluarkan darah nifas selama 70 hari pasca melahairkan anak yang ke V, berapakah nifasnya?
Di dalam sebuah literatur Fiqh (Risalah al Mahidl) dijelaskan bahwa nifas adalah darah yang keluar (dari farji wanita) setelah terpisahnya anak (kosongnya rahim dari anak) dengan syarat keluarnya darah tersebut sebelum melewati 15 hari sejak melahirkan. Maka waktu tidak mengeluarkan darah (naqa’) pada saat itu adalah bagian dari nifas secara hitungan, bukan secara hukum menurut pendapat yang terpercaya (mu’tamad). Jika keluarnya darah tersebut setelah melewati 15 hari atau lebih, maka diketegorikan sebagai darah haidl dan ia tidak mengalami nifas menurut pendapat yang lebih autentik (ashah), sebagaimana uraian yang terdapat di dalam kitab “al Majmu’”. Darah nifas yang melebihi 60 hari adalah sebagaimana darah haidl yang melebihi masa maksimalnya (15 hari), maka dilihat, apakah ia adalah wanita yang baru pertama kali mengalami nifas (mubtadiah fin nifas) atau wanita yang pernah mengalami nifas (mu’tadah), dapat membedakan darah yang qawi dan dla’if (darahnya dua macam, mumayyizah) atau tidak dapat membedakan darah yang qawi dan dla’if (darah yang keluar 1 macam, ghairul mumayyizah), ingat terhadap kebiasaan (adat) nifas atau tidak (nasiyah), maka wanita (yang mengeluarkan darah nifas melebihi 60 hari) yang baru pertama kali mengalami nifas yang dapat membedakan antara darah qawi dan dla’if (mumayyizah), darah nifasnya dikembalikan pada darah yang kuat (qawi) dengan syarat darah qawi tidak melebihi 60 hari dan tidak ada syarat yang lain. Sedang wanita (yang mengeluarkan darah nifas melebihi 60 hari) yang tidak dapat membedakan darah yang qawi dan dla’if (darah yang keluar 1 macam, ghairul mumayyizah) darah nifasnya dikembalikan kepada setetes. Adapun wanita yang sudah pernah mengalami nifas (mu’tadah) serta dapat membedakan antara darah qawi dan dla’if, darah nifasnya dikembalikan pada darah qawi, bukan pada kebaiasaan (adat). Sedang wanita yang menjaga terhadap kebiasaan (adat), nifasnya dikembalikan pada adat yang telah tetap jika antara kebiasaan yang satu dengan (kebiasaan) yang lain sama (tidak berbeda). Jika antara kebiasaan yang satu dengan yang lain berbeda, maka diperinci sebagaimana perincian yang terdahulu (bab haidl).
Sedang di dalam bab haidl dijelaskan bahwa jika putaran adat (daur) tidak terulang (tidak takarrur) dan adatnya teratur (intidham) dan ia lupa terhadap urutannya, atau adatnya tidak teratur, atau putaran adat tidak terulang dan ia lupa terhadap bagian (adat) yang ahir, maka haidlnya diikutkan pada adat haidl yang paling sedikit, namun ia wajib berhati-hati (ihtiyath) pada giliran yang lebih banyak, sebagaimana yang diketahui dalam uraian yang akan datang. Atau jika ia tidak lupa dengan bagian (adat) yang ahir, maka haidlnya diikutkan pada bagian (adat) yang ahir serta wajib berhati-hati (ihtiyath) pada giliran yang lebih banyak (jika ada).
Dengan mempertimbangkan kebiasaan (adat) nifas sebagaimana yang telah dipaparkan dalam deskripsi masalah tersebut di atas adalah teratur (intidham/intisaq) namun tidak terulang (tidak takarrur). Dengan demikian, apabila ia tidak ingat dengan bagian (adat) yang akhir sebelum mengalami istihadhah, maka pada saat mengeluarkan darah selama 70 hari pasca melahirkan anak yang ke V, nifasnya diikutkan pada paling sedikitnya putaran nifas. Dan apabila ia ingat dengan masa nifas sebelum mengalami istihadlah, maka pasca melahirkan anak yang ke V, nifasnya diikutkan pada nifas yang terakhir sebelum istihadhah, yaitu 60 hari pasca kelahiran anak ke IV. Wallahu a’lam bis shawab.
Dasar pengambilan (1) oleh al-Ustadz Ibnu Malik:
النفاس هو الدم الخارج بعد انفصال الولد بشرط ان يكون خروجه قبل مضي خمسة عشر يوما منها فزمن النقاء حينئذ من النفاس عددا لاحكما على المعتمد فان كان بعد مضي خمسة عشر يوما فأكثر فهو حيض ولا نفاس لها على الأصح في المجموع كمامر وعبوره ستين يوما كعبورالحيض اكثره فينظر أمبتدأة في النفاس ام معتادة مميزة ام غير مميزة ذاكرة ام ناسية فترد المبتدأة المميزة الى التمييز ان لم يزد القوي على الستين ولا يأتي هنا بقية الشروط وغير المميزة الى مجة والمعتادة المميزة الى التمييز لاالعادة وغير المميزة الحافظة الى العادة وتثبت ان لم تختلف بمرة والا ففيه التفصيل السابق في الحيض والمتحييرة تحتاط. اه فتح الوهاب . رسالة المحيض ص 20
Dasar pengambilan (2) oleh al-Ustadz Ibnu Malik:
فَإِنْ تَكَرَّرَ الدَّوْرُ وَانْتَظَمَتْ عَادَتُهَا وَنَسِيَتْ انْتِظَامَهَا أَوْ لَمْ تَنْتَظِمْ أَوْ لَمْ يَتَكَرَّرْ الدَّوْرُ وَنَسِيَتْ النَّوْبَةَ الْأَخِيرَةَ فِيهِمَا حِيضَتْ أَقَلَّ النُّوَبِ وَاحْتَاطَتْ فِي الزَّائِدِ، كَمَا يُعْلَمُ مِمَّا سَيَأْتِي أَوْ لَمْ تَنْسَهَا رَدَّتْ إلَيْهَا وَاحْتَاطَتْ فِي الزَّائِدِ ان كان. اه حاشية البجيرمي على شرح المنهج 1/ 139 رسالة المحيض ص 7
Dasar pengambilan (3) oleh al-Ustadz Tamam Reyadi:
(قَوْلُهُ فِيهَا) أَيْ فِيمَا إذَا تَكَرَّرَ الدَّوْرُ وَلَمْ تَنْتَظِمْ عَادَتُهَا أَوْ لَمْ يَتَكَرَّرْ الدَّوْرُ بِالْكُلِّيَّةِ. وَأَمَّا إذَا تَكَرَّرَ وَانْتَظَمَتْ وَنَسِيَتْ انْتِظَامَهَا فَحَيْضُهَا أَقَلُّ النُّوَبِ، وَإِنْ كَانَتْ ذَاكِرَةً لِلنَّوْبَةِ الْأَخِيرَةِ حَلَبِيٌّ وَاعْتَمَدَهُ الْحَفْنِي وَكَذَا يُؤْخَذُ مِنْ سم وع ش اهـ تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني والعبادي (1/ 405)
Dasar pengambilan (4) oleh al-Ustadz Wesqie Zidan Ardan:
ﻓﺈﻥ ﺗﻜﺮﺭ ﺍﻟﺪﻭﺭ ﻭﺍﻧﺘﻈﻤﺖ ﻋﺎﺩﺗﻬﺎ ﻭﻧﺴﻴﺖ ﺍﻧﺘﻈﺎﻣﻬﺎ ﺃﻭ ﻟﻢ ﺗﻨﺘﻈﻢ ﺃﻭ ﻟﻢ ﻳﺘﻜﺮﺭ ﺍﻟﺪﻭﺭ ﻭﻧﺴﻴﺖ ﺍﻟﻨﻮﺑﺔ ﺍﻷﺧﻴﺮﺓ ﻓﻴﻬﻤﺎ ﺣﻴﻀﺖ ﺃﻗﻞ ﺍﻟﻨﻮﺏ ﻭﺍﺣﺘﺎﻃﺖ ﻓﻲ ﺍﻟﺰﺍﺋﺪ ﻛﻤﺎ ﻳﻌﻠﻢ ﻣﻤﺎ ﺳﻴﺄﺗﻲ ﺃﻭ ﻟﻢ ﺗﻨﺴﻬﺎ ﺭﺩﺕ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﻭﺍﺣﺘﺎﻃﺖ ﻓﻲ ﺍﻟﺰﺍﺋﺪ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺃﻭ ﻟﻢ ﺗﻨﺲ ﺍﻧﺘﻈﺎﻡ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﻟﻢ ﺗﺜﺒﺖ ﺇﻻ ﺑﻤﺮﺗﻴﻦ ﻓﻠﻮ ﺣﺎﺿﺖ ﻓﻲ ﺷﻬﺮ ﺛﻼﺛﺔ ﻭﻓﻲ ﺛﺎﻧﻴﻪ ﺧﻤﺴﺔ ﻭﻓﻲ ﺛﺎﻟﺜﻪ ﺳﺒﻌﺔ ﺛﻢ ﻋﺎﺩ ﺩﻭﺭﻫﺎ ﻫﻜﺬﺍ ﺛﻢ ﺍﺳﺘﺤﻴﻀﺖ ﻓﻲ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﺭﺩﺕ ﻓﻴﻪ ﺇﻟﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺜﺎﻣﻦ ﺇﻟﻰ ﺧﻤﺴﺔ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺘﺎﺳﻊ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻌﺔ ﻭﻫﻜﺬﺍ ـــــــــــــــــــــــــــــ ﻳﻘﻮﻝ ﻭﺧﺮﺝ ﺑﺰﻳﺎﺩﺗﻲ ﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺨﺘﻠﻒ ﻣﺎ ﻟﻮ ﺍﺧﺘﻠﻔﺖ ، ﻓﺈﻧﻬﺎ ﻻ ﺗﺜﺒﺖ ﺇﻻ ﺑﻤﺮﺗﻴﻦ ﻓﺄﻛﺜﺮ ﺛﻢ ﻳﺘﻜﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﻛﻮﻧﻬﺎ ﺗﺤﻴﺾ ﺃﻗﻞ ﺍﻟﻨﻮﺏ ﺃﻭ ﺍﻟﻨﻮﺑﺔ ﺍﻷﺧﻴﺮﺓ ﺗﺄﻣﻞ ﺍﻫـ ﻟﻜﺎﺗﺒﻪ ) ﻗﻮﻟﻪ : ﻓﺈﻥ ﺗﻜﺮﺭ ﺍﻟﺪﻭﺭ ﺇﻟﺦ ( ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﺎﻟﺪﻭﺭ ﻓﻴﻤﻦ ﻟﻢ ﺗﺨﺘﻠﻒ ﻋﺎﺩﺗﻬﺎ ﻫﻮ ﺍﻟﻤﺪﺓ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﺸﺘﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﺣﻴﺾ ﻭﻃﻬﺮ ﻭﻓﻴﻤﻦ ﺍﺧﺘﻠﻔﺖ ﻋﺎﺩﺗﻬﺎ ﻫﻮ ﺟﻤﻠﺔ ﺍﻷﺷﻬﺮ ﺍﻟﻤﺸﺘﻤﻠﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺎﺩﺍﺕ ﺍﻟﻤﺨﺘﻠﻔﺔ ﻛﺜﺮﺕ ﺍﻷﺷﻬﺮ ﺃﻭ ﻗﻠﺖ ﺍﻫـ ﻉ ﺵ ﻋﻠﻰ ﻡ ﺭ ) ﻗﻮﻟﻪ : ﻭﻧﺴﻴﺖ ﺍﻧﺘﻈﺎﻣﻬﺎ ( ﺑﺄﻥ ﻟﻢ ﺗﺪﺭ ﻫﻞ ﺗﺮﺗﺐ ﺍﻟﺪﻭﺭ ﻓﻲ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﻤﺜﺎﻝ ﺍﻵﺗﻲ ﻫﻜﺬﺍ ﺍﻟﺜﻼﺛﺔ ﺛﻢ ﺍﻟﺨﻤﺴﺔ ﺛﻢ ﺍﻟﺴﺒﻌﺔ ﺃﻭ ﺑﺎﻟﻌﻜﺲ ﺃﻭ ﺍﻟﺨﻤﺴﺔ ﺛﻢ ﺍﻟﺜﻼﺛﺔ ﺛﻢ ﺍﻟﺴﺒﻌﺔ ﺃﻭ ﺑﺎﻟﻌﻜﺲ ﻭﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﻮﺟﻮﻩ ﺍﻟﻤﻤﻜﻨﺔ ﺗﺄﻣﻞ ﺍﻫـ ﻉ ﺵ . ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺍﻟﺠﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻨﻬﺞ ﻓﺘﻮﺣﺎﺕ ﺍﻟﻮﻫﺎﺏ ﺑﺘﻮﺿﻴﺢ ﺷﺮﺡ ﻣﻨﻬﺞ ﺍﻟﻄﻼﺏ ﺻ250
2. HUKUM WANITA MENGELUARKAN DARAH SELAMA 70 HARI
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Mohon tanya, ada seorang wanita yang belum pernah mengalami nifas, dan dia memiliki adat haidh selama 5 hari dan suci 25 hari. Lalu setelah melahirkan dia mengeluarkan darah selama 70 hari lebih sedikit. Berapa harikah nifasnya?
==============
Wa’alaikumussalam, Wr. Wb.
Nifas adalah darah yang keluar dari farj (vagina) seorang wanita setelah kosongnya rahim dari suatu kandungan atau dengan bahasa sederhana kita ungkapkan sebagai darah yang keluar setelah melahirkan, serta belum melewati 15 hari terhitung dari kelahiran. Dan adapun minimal masa nifas yaitu sekelip mata atau darah yang keluar dalam waktu yang sangat singkat serta sebentar; yakni secuil darah yang keluar dari vagina, dan lumrahnya adalah 40 hari 40 malam, sedangkan maksimalnya yaitu 60 hari 60 malam. Sehingga apabila ada darah yang keluar dari ketentuan tersebut tidak disebut sebagai nifas, melainkan sebagai darah fasad (rusak) bila keluar sebelum melahirkan dan tidak bersambung dengan haidh sebelumnya, atau sebagai darah thalq (darah yang keluar karena pengaruh rasa sakit saat melahirkan) bila keluar bersamaan dengan anak yang dilahirkan, dan atau sebagai darah istihadhah bila darah tersebut keluar melebihi batas maksimal masa nifas.
Dan adapun mengenai penggolongan sebagai wanita yang mengalami nifas sesuai sifat dari masing-masing individu tidak ada perbedaan dengan penggolongan di dalam bab haidh, yakni dalam bab nifas juga ada istilah Mubtada`ah (baru pertama kali mengalami nifas), Mu’tadah (sudah pernah atau biasa mengalami nifas), Mumayyizah (bisa membedakan sifat darah), Ghairu Mumayyizah (tidak bisa membedakan sifat darah) dan selainnya.
Selanjutnya menindaklanjuti pertanyaan di atas, jelas wanita tersebut merupakan Mubtada`ah Fin-Nifas (baru mengalami nifas) serta Mu’tadah Fil-Haidh (sudah pernah atau terbiasa haidh), hanya saja penanya tidak menjelaskan apakah wanita tersebut sebagai Mumayyizah atau Ghairu Mumayyizah. Dengan demikian, kami akan menjelaskan ketentuan hukum dari masing-masing kategori yang tidak disebutkan oleh penanya untuk kemudian digolongkan sendiri terkait pertanyaannya.
• Apabila wanita tersebut merupakan Mubtada`ah Ghairu Mumayyizah Fin-Nifas maka untuk menentukan nifasnya ada dua pandangan: Pertama, dikembalikan pada minimal masa nifas, yaitu sekelip mata atau darah yang keluar dalam waktu yang sangat singkat serta sebentar; yakni secuil darah yang keluar dari vagina. Kedua, dikembalikan pada lumrahnya masa nifas, yaitu 40 hari. Dan bilamana wanita tersebut sebagai Mu’tadah Fil-Haidh maka setelah menentukan nifasnya, darah yang lamanya sama dengan kebiasaan sucinya dihukumi istihadhah dan suci, lalu setelah itu darah yang lamanya sama dengan kebiasaan haidhnya dihukumi sebagai haidh, dan begitulah seterusnya.
Dengan demikian, apabila mengikuti pandangan hukum yang pertama maka rincian hukum permasalahan di atas yaitu darah setetes pertama dihukumi nifas, 25 hari selanjutnya dihukumi istihadhah dan suci, 5 hari setelahnya dihukumi haidh, 25 hari selanjutnya dihukumi istihadah dan suci, 5 hari seterusnya dihukumi haidh, dan 10 hari selanjutnya dihukumi istihadhah dan suci. Sedangkan apabila berdasarkan pandangan hukum kedua maka 40 hari dihukumi nifas, 25 hari selanjutnya dihukumi istihadhah dan suci, dan 5 hari setelahnya dihukumi sebagai haidh.
• Apabila wanita tersebut merupakan Mubtada`ah Mumayyizah Fin-Nifas maka darah yang dihukumi nifas adalah darah yang kuat dengan ketentuan darah kuat tidak melebihi masa maksimal nifas. Sedangkan bilamana wanita tersebut sebagai Mu’tadah Fil-Haidh maka ketentuannya sebagaimana dalam rincian sebelumnya.
Contoh : Seumpama wanita tersebut mengeluarkan darah kuat (darah hitam misalnya) selama 30 hari, dan 40 hari setelahnya keluar darah merah. Maka yang dihukumi nifas yaitu 30 hari, selanjutnya 25 hari dihukumi istihadhah dan suci, dan 5 hari seterusnya dihukumi haidh sesuai adatnya, kemudian 10 hari seterusnya dihukumi istihadhah dan suci. Wallahu A’lam Bisshawab...
Juga baca:[Klik saja Antara Nifas dan Haid]
---------------------------
REFERENSI :
حاشية البيجوري على شرح ابن القاسم ج 1 ص 211-212 | دار الكتب العلمية
(والنفاس هو الدم الخارج عقب الولادة)، فالخارج مع الولد أو قبله لا يسمى نفاسا، وزيادة الياء في عقب لغة قليلة، والأكثر حذفها. (والإستحاضة) أي دمها (هو الدم الخارج في غير أيام الحيض والنفاس) لا على سبيل الصحة. (قوله : عقب الولادة) أي بأن يكون قبل مضي خمسة عشر يوما منها، فهذا ضابط العقبية، وإلا كان حيضا ولا نفاس لها ـــ إلى أن قال ـــ (قوله : فالخارج مع الولد أو قبله إلخ) تفريع على مفهوم قوله : عقب الولادة. وقوله : لا يسمى نفاسا أي بل هو دم فساد إن لم يتصل بحيض قبله، وإلا فهو حيض بناء على أن الحامل تحيض وهو الأصح. إهـ
حاشية البجيرمي على الخطيب ج 1 ص 349-350 | المكتبة الشاملة
(وَأَقَلُّ) دَمِ (النِّفَاسِ) (مَجَّةٌ) أَيْ دَفْعَةٌ. وَعِبَارَةُ الْمِنْهَاجِ لَحْظَةٌ، وَهُوَ زَمَنُ الْمَجَّةِ، وَفِي الرَّوْضَةِ وَأَصْلِهَا لَا حَدَّ لِأَقَلِّهِ أَيْ: لَا يَتَقَدَّرُ بَلْ مَا وُجِدَ مِنْهُ، وَإِنْ قَلَّ يَكُونُ نِفَاسًا وَلَا يُوجَدُ أَقَلُّ مِنْ مَجَّةٍ، فَالْمُرَادُ مِنْ الْعِبَارَاتِ كَمَا قَالَهُ فِي الْإِقْلِيدِ وَاحِدٌ ــــ إلى أن قال ــــ (وَأَكْثَرُهُ سِتُّونَ يَوْمًا) بِلَيَالِيِهَا (وَغَالِبًا أَرْبَعُونَ يَوْمًا) بِلَيَالِيِهَا اعْتِبَارًا بِالْوُجُودِ فِي الْجَمِيعِ كَمَا مَرَّ فِي الْحَيْضِ. إهـ
المجموع على شرح الهذب ج 2 ص 531 | المكتبة الشاملة
أَمَّا الْمُبْتَدَأَةُ فِي النِّفَاسِ غَيْرُ الْمُمَيِّزَةِ إذَا جَاوَزَ دَمُهَا السِّتِّينَ وَهِيَ غَيْرُ مُمَيِّزَةٍ فَفِيهَا الْقَوْلَانِ السَّابِقَانِ فِي الْحَيْضِ: أَصَحُّهُمَا الرَّدُّ إلَى أَقَلِّ النِّفَاسِ وَهُوَ لَحْظَةٌ لَطِيفَةٌ نَحْوُ مَجَّةٍ. وَالثَّانِي الرَّدُّ إلَى غَالِبِهِ وَهُوَ أَرْبَعُونَ يَوْمًا هَكَذَا قَالَهُ الْجُمْهُورُ، وَزَادَ صَاحِبُ الْعُدَّةِ قَوْلًا ثَالِثًا وَهُوَ أَنَّهَا تُرَدُّ إلَى أَكْثَرِ النِّفَاسِ وَهُوَ سِتُّونَ يَوْمًا وَهَذَا غَرِيبٌ عَنْ الشَّافِعِيِّ وَإِنَّمَا نَقَلَهُ الْأَصْحَابُ عن المزني مذهبنا للمزني وحكاه الشيخ أبو حامد وغيره وجها لِبَعْضِ أَصْحَابِنَا وَحَكَى الْمَحَامِلِيُّ فِي الْمَجْمُوعِ وَغَيْرُهُ مِنْ أَصْحَابِنَا طَرِيقًا آخَرَ عَنْ ابْنِ سُرَيْجٍ وابي اسحق وَهِيَ الرَّدُّ إلَى الْأَقَلِّ قَوْلًا وَاحِدًا فَحَصَلَ ثَلَاثَةُ طُرُقٍ، وَالصَّحِيحُ الْمَشْهُورُ مَا سَبَقَ مِنْ الْقَوْلَيْنِ. فَإِذَا عُلِمَ حَالُهَا فِي مَرَدِّهَا فِي النِّفَاسِ فَلَهَا فِي الْحَيْضِ حَالَتَانِ: إحْدَاهُمَا أَنْ تَكُونَ مُعْتَادَةً فَيُجْعَلَ لَهَا بَعْدَ مَرَدِّ النِّفَاسِ قَدْرُ عَادَتِهَا فِي الطُّهْرِ طُهْرًا ثُمَّ بَعْدَهُ قَدْرُ عَادَتِهَا فِي الْحَيْضِ حَيْضًا ثُمَّ تَسْتَمِرُّ كَذَلِكَ ــــ إلى أن قال ــــ أَمَّا الْمُبْتَدَأَةُ الْمُمَيِّزَةُ فَتُرَدُّ إلَى التَّمْيِيزِ بِشَرْطِ أَلَّا يَزِيدَ الْقَوِيُّ عَلَى أَكْثَرِ النِّفَاسِ وَأَمَّا الْمُعْتَادَةُ الْمُمَيِّزَةُ فَهَلْ يُقَدَّمُ تَمْيِيزُهَا أَمْ الْعَادَةُ فِيهِ الْخِلَافُ السَّابِقُ فِي مِثْلِهِ فِي الْحَيْضِ وَالْأَصَحُّ تَقْدِيمُ التَّمْيِيزِ. إهـ
روضة الطالبين وعمدة المفتين ج 1 ص 177-178 | المكتبة الشاملة
فَصْلٌ : إِذَا جَاوَزَ دَمُ النُّفَسَاءِ سِتِّينَ، فَقَدِ اخْتَلَطَ نِفَاسُهَا بِاسْتِحَاضَتِهَا. وَطَرِيقُ التَّمْيِيزِ بَيْنَهُمَا، مَا تَقَدَّمَ فِي الْحَيْضِ. هَذَا هُوَ الصَّحِيحُ الْمَعْرُوفُ. وَفِي وَجْهٍ: نِفَاسُهَا سِتُّونَ. وَمَا بَعْدَهَا اسْتِحَاضَةٌ إِلَى تَمَامِ طُهْرِهَا الْمُعْتَادِ، أَوِ الْمَرْدُودِ إِلَيْهِ إِنْ كَانَتْ مُبْتَدَأَةً، وَمَا بَعْدَهُ حَيْضٌ. فِي وَجْهٍ ثَالِثٍ: نِفَاسُهَا سِتُّونَ. وَمَا بَعْدَهَا حَيْضٌ مُتَّصِلٌ بِهِ. وَاتَّفَقَ الْجُمْهُورُ عَلَى تَضْعِيفِ هَذَيْنِ الْوَجْهَيْنِ، وَالتَّفْرِيعُ عَلَى الصَّحِيحِ. وَالْمُسْتَحَاضَات: خَمْسٌ ــــ إلى أن قال ــــ الْمُسْتَحَاضَةُ الثَّانِيَةُ وَالثَّالِثَةُ: الْمُبْتَدَأَةُ الْمُمَيِّزَةُ، وَغَيْرُ الْمُمَيِّزَةِ. أَمَّا غَيْرُ الْمُمَيِّزَةِ، فَتَرُدُّ إِلَى لَحْظَةٍ عَلَى الْأَظْهَرِ. وَإِلَى أَرْبَعِينَ عَلَى الثَّانِي. هَذَا هُوَ الْمَذْهَبُ. وَفِي قَوْلٍ غَرِيبٍ: تَرُدُّ إِلَى سِتِّينَ. وَفِي وَجْهٍ: إِلَى اللَّحْظَةِ جَزْمًا. ثُمَّ إِنْ كَانَتْ هَذِهِ النُّفَسَاءُ مُعْتَادَةً فِي الْحَيْضِ حُسِبَ لَهَا بَعْدَ مَرَدِّ النِّفَاسِ طُهْرُهَا ثُمَّ حَيْضُهَا الْمُعْتَادَانِ. وَإِنْ كَانَتْ مُبْتَدَأَةً فِيهِ، أَقَمْنَا طُهْرَهَا ثُمَّ حَيْضَهَا عَلَى مَا تَقْتَضِيهِ حَالُ الْمُبْتَدَأَةِ. وَأَمَّا الْمُمَيِّزَةُ فَتَرُدُّ إِلَى التَّمْيِيزِ بِشَرْطِهِ كَالْحَائِضِ، وَشَرْطُ تَمْيِيزِ النُّفَسَاءِ، أَنْ لَا يَزِيدَ الْقَوِيُّ عَلَى سِتِّينَ يَوْمًا. وَلَا ضَبْطَ فِي أَقَلِّهِ، وَلَا أَقَلِّ الضَّعِيفِ. الْمُسْتَحَاضَةُ الرَّابِعَةُ: الْمُعْتَادَةُ الْمُمَيِّزَةُ. تَقَدَّمَ حُكْمُهَا هُنَا فِي الْمُعْتَادَةِ. إهـ
أسنى المطالب في شرح روض الطالب ج 1 ص 114 | المكتبة الشاملة
(فَصْلٌ فَإِنْ جَاوَزَ) دَمُ النُّفَسَاءِ (السِّتِّينَ جَرَتْ عَلَى عَادَتِهَا فِي النِّفَاسِ) إنْ كَانَتْ مُعْتَادَةً فِيهِ (وَيُفْرَضُ ذَلِكَ) أَيْ الْخَارِجُ فِي عَادَتِهَا (حَيْضَةٌ ثُمَّ تَمْكُثُ) بَعْدَهُ إنْ كَانَتْ مُعْتَادَةً فِي الْحَيْضِ (قَدْرَ طُهْرِهَا مِنْهَا) أَيْ مِنْ الْحَيْضَةِ (فِي الْعَادَةِ) فِي الطُّهْرِ (ثُمَّ تَحَيُّضُهَا كَالْعَادَةِ) فِي الْحَيْضِ (فَإِذَا تَعَوَّدَتْ النِّفَاسَ) بِأَنْ سَبَقَ لَهَا فِيهِ عَادَةٌ (دُونَ الْحَيْضِ) بِأَنْ كَانَتْ مُبْتَدَأَةً فِيهِ (جَعَلْنَا طُهْرَهَا بَعْدَ عَادَةِ النِّفَاسِ تِسْعَةً وَعِشْرِينَ يَوْمًا وَحَيَّضْنَاهَا) بَعْدَهُ (يَوْمًا وَلَيْلَةً وَاسْتَمَرَّتْ وَهَكَذَا مُبْتَدَأَةٌ فِيهِمَا) أَيْ فِي النِّفَاسِ وَالْحَيْضِ (إلَّا أَنَّ هَذِهِ) أَيْ الْمُبْتَدَأَةَ فِيهِمَا (نِفَاسُهَا لَحْظَةٌ) وَهُوَ الْأَقَلُّ لِأَنَّهُ الْمُتَيَقَّنُ (وَكَذَا مَنْ وَلَدَتْ مِرَارًا وَلَمْ تَرَ نِفَاسًا) نِفَاسُهَا فِيمَا ذَكَرَ لَحْظَةٌ (إلَّا أَنَّهَا تُرَدُّ إلَى عَادَتِهَا فِي الْحَيْضِ وَالطُّهْرِ) إنْ كَانَتْ مُعْتَادَةً فِيهِمَا (وَالْمُمَيِّزَةُ فِي النِّفَاسِ تُرَدُّ إلَى) الدَّمِ (الْقَوِيِّ بِشَرْطِ أَنْ لَا يَزِيدَ عَلَى سِتِّينَ) وَأَمَّا أَقَلُّهُ وَأَقَلُّ الضَّعِيفِ فَلَا ضَبْطَ لَهُمَا. إهـ
by : Taklim tanah merah
2. WANITA KELUAR DARAH NIFAS MELEBIHI 60 HARI
Mustahadloh nifas adalah, perempuan yang mengeluarkan darah nifas lebih dari 60 hari 60 malam (masa maksimal nifas).
Dan pembagiannya sebagaimana berikut ;
01. Mubtadi’ah Mumayyizah finnifas Yaitu perempuan yang pertama kali nifas. Pada saat itu darah yang keluar melebihi 60 hari 60 malam. Serta antara darah kuat dan lemah bisa dibedakan dan darah kuat tidak lebih 60 hari 60 malam. Sedang ketentuannya, darah kuat dihukumi nifas dan darah lemah dihukumi istihadloh.
Contoh: Seorang wanita yang belum pernah nifas, setelah melahirkan, mengeluarkan darah kuat selama 55 hari, kemudian darah lemah 10 hari. Maka, 55 hari dihukumi nifas dan 10 hari dihukumi istihadloh.
02. Mubtadiah Ghoiru Mumayyizah finnifas Yaitu wanita yang pertama kali nifas. Pada saat itu darah yang keluar melebihi 60 hari 60 malam. Serta antara darah kuat dan lemah tidak bisa dibedakan, atau bisa namun darah kuat lebih 60 hari 60 malam. Sedangkan hukumnya sebagai berikut:
Apabila ia belum pernah haidl dan suci, maka darah yang setetes pertama dihukumi nifas, 29 hari 29 malam selanjutnya dihukumi istihadloh. Kemudian sehari semalam sesudahnya dihukumi haidl, begitu seterusnya bergantian antara istihadloh 29 hari dan haidl sehari semalam. Contoh: Seorang wanita yang belum pernah haidl dan nifas, setelah melahirkan keluar darah selama 90 hari lebih sedikit. Maka, yang dihukumi nifas adalah darah setetes pertama, 29 hari 29 malam berikutnya dihukumi istihadloh. Sehari semalam setelahnya dihukumi haidl. Dan 29 hari 29 malam dihukumi istihadloh, sehari semalam haidl. Demikian pula 29 hari 29 malam selanjutnya dihukumi istihadloh dan sehari semalam haidl.
Apabila ia sudah pernah haidl dan suci dan ingat kebiasaan haidlnya, maka yang dihukumi nifas adalah darah setetes pertama. Kemudian darah yang sama dengan kebiasaan suci dari haidl dihukumi istihadloh. Dan darah yang lamanya sama dengan kebiasaan haidl, dihukumi haidl. Begitu seterusnya. Contoh: Seorang wanita yang belum pernah nifas, adat haidlnya 5 hari dan sucinya 25 hari. Lalu setelah melahirkan keluar darah selama 70 hari lebih sedikit. Maka, yang dihukumi nifas adalah darah setetes pertama, 25 hari selanjutnya dihukumi istihadloh, 5 hari selanjutnya dihukumi haidl, 25 hari selanjutnya dihukumi istihadloh, 5 hari selanjutnya dihukumi haidl, 10 hari selanjutnya dihukumi istihadloh.
untuk pendapat yang kedua yaitu nifasnya 60 hari sedangkan selebihnya dihukumi istihadhoh
pendapat ketiga yaitu pendapat ibnu al Qathan salah satu ashabul wujuh madzhab syafi’I : 60 hari nifas sedangkan selebihnya dihukumi haid yang bersambung dengan nifasnya
wallahu a’lam
referensi :
روضة الطالبين الجزء الأول ص: 177-178 المكتب الإسلامي وأما المميزة فترد إلى التمييز بشرطه كالحائض وشرط تمييز النفساء أن لا يزيد القوي على ستين يوما ولا ضبط في أقله ولا أقل الضعيف.
روضة الطالبين الجزء الأول ص: 177 المكتب الإسلامي المستحاضة الثانية والثالثة المبتدأة المميزة وغير المميزة أما غيرالمميزة فترد إلى لحظة على الأظهر وإلى أربعين على الثاني هذا هو المذهب وفي قول غريب ترد إلى ستين وفي وجه إلى اللحظة جزما ثم إن كانت هذه النفساء معتادة في الحيض حسب لها بعد مرد النفاس طهرها ثم حيضها المعتادان وإن كانت مبتدأة فيه أقمنا طهرها ثم حيضها على ما تقتضيه حال المبتدأة.
أسنى المطالب الجزء الأول ص: 114 منار قدس (فصل فإن جاوز) دم النفساء (الستين جرت على عادتها في النفاس) إن كانت معتادة فيه (ويفرض ذلك) أي الخارج في عادتها (حيضة ثم تمكث) بعده إن كانت معتادة في الحيض (قدر طهرها منها) أي من الحيضة (في العادة) في الطهر (ثم تحيضها كالعادة) في الحيض (فإذا تعودت النفاس) بأن سبق لها فيه عادة (دون الحيض) بأن كانت مبتدأة فيه (جعلنا طهرها بعد عادة النفاس تسعة وعشرين يوما وحيضناها) بعده (يوما وليلة واستمرت وهكذا مبتدأة فيهما) أي في النفاس والحيض (إلا أن هذه) أي المبتدأة فيهما (نفاسها لحظة) وهو الأقل لأنه المتيقن (وكذا من ولدت مرارا ولم تر نفاسا) نفاسها فيما ذكر لحظة (إلا أنها ترد إلى عادتها في الحيض والطهر) إن كانت معتادة فيهما.
raudlotut thalibin juz 1 hal 178
ﻓﺼﻞ ﺇﺫﺍ ﺟﺎﻭﺯ ﺩﻡ ﺍﻟﻨﻔﺴﺎﺀ ﺳﺘﻴﻦ ، ﻓﻘﺪ ﺍﺧﺘﻠﻂ ﻧﻔﺎﺳﻬﺎ ﺑﺎﺳﺘﺤﺎﺿﺘﻬﺎ . ﻭﻃﺮﻳﻖ ﺍﻟﺘﻤﻴﻴﺰ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ، ﻣﺎ ﺗﻘﺪﻡ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻴﺾ . ﻫﺬﺍ ﻫﻮ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﺍﻟﻤﻌﺮﻭﻑ . ﻭﻓﻲ ﻭﺟﻪ : ﻧﻔﺎﺳﻬﺎ ﺳﺘﻮﻥ . ﻭﻣﺎ ﺑﻌﺪﻫﺎ ﺍﺳﺘﺤﺎﺿﺔ ﺇﻟﻰ ﺗﻤﺎﻡ ﻃﻬﺮﻫﺎ ﺍﻟﻤﻌﺘﺎﺩ ، ﺃﻭ ﺍﻟﻤﺮﺩﻭﺩ ﺇﻟﻴﻪ ﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﻣﺒﺘﺪﺃﺓ ، ﻭﻣﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﺣﻴﺾ . ﻓﻲ ﻭﺟﻪ ﺛﺎﻟﺚ : ﻧﻔﺎﺳﻬﺎ ﺳﺘﻮﻥ . ﻭﻣﺎ ﺑﻌﺪﻫﺎ ﺣﻴﺾ ﻣﺘﺼﻞ ﺑﻪ . ﻭﺍﺗﻔﻖ ﺍﻟﺠﻤﻬﻮﺭ ﻋﻠﻰ ﺗﻀﻌﻴﻒ ﻫﺬﻳﻦ ﺍﻟﻮﺟﻬﻴﻦ ، ﻭﺍﻟﺘﻔﺮﻳﻊ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ
mausu'ah fiqhhiyyah juz 114 hal 3
ﻣﺠﺎﻭﺯﺓ ﺍﻟﺪﻡ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﺪﺓ ﺍﻟﻨﻔﺎﺱ $ ﻣﺠﺎﻭﺯﺓ ﺍﻟﺪﻡ ﻛﺜﺮ ﻣﺪﺓ ﺍﻟﻨﻔﺎﺱ 10 - ﻟﻠﻔﻘﻬﺎﺀ ﺗﻔﺼﻴﻞ ﻓﻲ ﺣﻜﻢ ﺍﻟﺪﻡ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺰﻳﺪ ﻋﻠﻰ ﻣﺪﺓ ﺍﻟﻨﻔﺎﺱ 41 11 ﻓﻴﺮﻯ ﺍﻟﺤﻨﻔﻴﺔ ﺍﻟﺘﻔﺮﻗﺔ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺃﺓ ﺑﺎﻟﺤﺒﻞ ، ﻭﺑﻴﻦ ﻣﻦ ﻟﻬﺎ ﻋﺎﺩﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﻔﺎﺱ ﻓﺄﻣﺎ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺃﺓ ﺑﺎﻟﺤﺒﻞ - ﻭﻫﻲ ﺍﻟﺘﻲ ﺣﺒﻠﺖ ﻣﻦ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﺗﺤﻴﺾ - ﺇﺫﺍ ﻭﻟﺪﺕ ﻓﺮﺃﺕ ﺍﻟﺪﻡ ﺯﻳﺎﺩﺓ ﻋﻠﻰ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻓﻬﻮ ﺍﺳﺘﺤﺎﺿﺔ ﻷﻥ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﻟﻠﻨﻔﺴﺎﺀ ﻛﺎﻟﻌﺸﺮﺓ ﻟﻠﺤﻴﺾ ، ﺛﻢ ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺸﺮﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻴﺾ ﺍﺳﺘﺤﺎﺿﺔ ، ﻓﻜﺬﺍ ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﻔﺎﺱ . ﻭﺃﻣﺎ ﺻﺎﺣﺒﺔ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﻔﺎﺱ ﺇﺫﺍ ﺭﺃﺕ ﺯﻳﺎﺩﺓ ﻋﻠﻰ ﻋﺎﺩﺗﻬﺎ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﻋﺎﺩﺗﻬﺎ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻓﺎﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ﺍﺳﺘﺤﺎﺿﺔ ﻟﻤﺎ ﻣﺮ ، ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﺩﻭﻥ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﻓﻤﺎ ﺯﺍﺩ ﻳﻜﻮﻥ ﻧﻔﺎﺳﺎ ﺇﻟﻰ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ، ﻓﺈﻥ ﺯﺍﺩ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﺗﺮﺩ ﺇﻟﻰ ﻋﺎﺩﺗﻬﺎ ﻓﺘﻜﻮﻥ ﻋﺎﺩﺗﻬﺎ ﻧﻔﺎﺳﺎ ، ﻭﻣﺎ ﺯﺍﺩ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﺍﺳﺘﺤﺎﺿﺔ . ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻴﺔ ﻓﻴﺮﻭﻥ ﺃﻥ ﺩﻡ ﺍﻟﻨﻔﺎﺱ ﺇﻥ ﺯﺍﺩ ﻋﻦ ﺍﻟﺴﺘﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻓﻬﻮ ﺍﺳﺘﺤﺎﺿﺔ ﺣﺘﻰ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻬﺎ ﻋﺎﺩﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ، ﺧﻼﻓﺎ ﻟﻤﺎ ﻓﻲ ﺍﻹﺭﺷﺎﺩ ﻓﺈﻧﻬﺎ ﺗﻌﻮﻝ ﻋﻠﻰ ﻋﺎﺩﺗﻪ . ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﻓﻘﺪ ﺟﺎﺀ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ ﺇﺫﺍ ﻋﺒﺮ ﺩﻡ ﺍﻟﻨﻔﺴﺎﺀ ﺍﻟﺴﺘﻴﻦ ﻓﻔﻴﻪ ﻃﺮﻳﻘﺎﻥ ﺃﺻﺤﻬﻤﺎ ﺃﻧﻪ ﻛﺎﻟﺤﻴﺾ ﺇﺫﺍ ﻋﺒﺮ ﺍﻟﺨﻤﺴﺔ ﻋﺸﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﺮﺩ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺘﻤﻴﻴﺰ ﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﻣﻤﻴﺰﺓ ﺃﻭ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﻣﻌﺘﺎﺩﺓ ﻏﻴﺮ ﻣﻤﻴﺰﺓ ، ﺃﻭ ﺍﻷﻗﻞ ﺃﻭ ﺍﻟﻐﺎﻟﺐ ﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﻣﺒﺘﺪﺃﺓ ﻏﻴﺮ ﻣﻤﻴﺰﺓ ، ﻭﻭﺟﻬﻪ ﻣﺎ ﺫﻛﺮﻩ ﺍﻟﻤﺼﻨﻒ . ﻭﺑﻬﺬﺍ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﻗﻄﻊ ﺍﻟﻤﺼﻨﻒ ﻭﺷﻴﺨﻪ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﻭﺇﻣﺎﻡ ﺍﻟﺤﺮﻣﻴﻦ ﻭﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ . ﻭﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ- ﺣﻜﺎﻩ ﺍﻟﻤﺤﺎﻣﻠﻲ ﻭﺍﺑﻦ ﺍﻟﺼﺒﺎﻍ ﻭﺍﻟﻤﺘﻮﻟﻲ ﻭﺍﻟﺒﻐﻮﻱ ﻭﺍﻟﺸﻴﺦ ﻧﺼﺮ ﻭﺁﺧﺮﻭﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺮﺍﻗﻴﻴﻦ ﻭﺍﻟﺨﺮﺍﺳﺎﻧﻴﻴﻦ- ﺇﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺄﻟﺔ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻭﺟﻪ ﺃﺻﺤﻬﺎ ﺑﺎﺗﻔﺎﻗﻬﻢ ﺃﻧﻪ ﻛﺎﻟﻄﺮﻳﻖ ﺍﻷﻭﻝ . ﻭﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﺃﻥ ﺍﻟﺴﺘﻴﻦ ﻛﻠﻬﺎ ﻧﻔﺎﺱ ﻭﻣﺎ ﺯﺍﺩ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﺳﺘﺤﺎﺿﺔ ، ﻭﺑﻪ ﻗﻄﻊ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻘﺎﺹ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻔﺘﺎﺡ ﻭﺍﺧﺘﺎﺭﻩ ﺍﻟﻤﺰﻧﻲ ﺣﻜﺎﻩ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻋﻨﻪ ، ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺎﻭﺭﺩﻱ ﻗﺎﻟﻪ ﺍﻟﻤﺰﻧﻲ ﻓﻲ ﺟﺎﻣﻌﻪ ﺍﻟﻜﺒﻴﺮ . ﻭﻓﺮﻗﻮﺍ ﺑﻴﻨﻪ ﻭﺑﻴﻦ ﺍﻟﺤﻴﺾ ﺑﺄﻥ ﺍﻟﺤﻴﺾ ﻣﺤﻜﻮﻡ ﺑﻪ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻭﻟﻴﺲ ﻣﻘﻄﻮﻋﺎ ﺑﻪ ﻓﺠﺎﺯ ﺃﻥ ﻳﻨﺘﻘﻞ ﻋﻨﻪ ﺇﻟﻰ ﻇﺎﻫﺮ ﺁﺧﺮ ﻭﺍﻟﻨﻔﺎﺱ ﻣﻘﻄﻮﻉ ﺑﻪ ﻓﻼ ﻳﻨﺘﻘﻞ ﻋﻨﻪ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮﻩ ﺇﻻ ﺑﻴﻘﻴﻦ ﻭﻫﻮ ﻣﺠﺎﻭﺯﺓ ﺍﻷﻛﺜﺮ ، ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺍﻓﻌﻲ ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻟﻘﺎﺋﻞ ﻳﺠﻌﻞ ﺍﻟﺰﺍﺋﺪ ﺍﺳﺘﺤﺎﺿﺔ ﺇﻟﻰ ﺗﻤﺎﻡ ﻃﻬﺮﻫﺎ ﺍﻟﻤﻌﺘﺎﺩ ﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﻣﻌﺘﺎﺩﺓ ﺃﻭ ﺍﻟﻤﺮﺩﻭﺩ ﺇﻟﻴﻪ ﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﻣﺒﺘﺪﺃﺓ ﺛﻢ ﻣﺎ ﺑﻌﺪﻩ . ﻭﺍﻟﻮﺟﻪ ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ ﺃﻥ ﺍﻟﺴﺘﻴﻦ ﻧﻔﺎﺱ ﻭﺍﻟﺬﻱ ﺑﻌﺪﻩ ﺣﻴﺾ ﻋﻠﻰ ﺍﻻﺗﺼﺎﻝ ﺑﻪ ، ﻷﻧﻬﻤﺎ ﺩﻣﺎﻥ ﻣﺨﺘﻠﻔﺎﻥ ﻓﺠﺎﺯ ﺃﻥ ﻳﺘﺼﻞ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﺑﺎﻵﺧﺮ . 41 12 ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺤﻨﺎﺑﻠﺔ ﺇﻥ ﺟﺎﻭﺯ ﺍﻟﺪﻡ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﻭﺻﺎﺩﻑ ﻋﺎﺩﺓ ﺣﻴﻀﻬﺎ ﻭﻟﻢ ﻳﺰﺩ ﻋﻦ ﻋﺎﺩﺗﻬﺎ ﻓﺎﻟﻤﺠﺎﻭﺯ ﺣﻴﺾ ، ﻷﻧﻪ ﻓﻲ ﻋﺎﺩﺗﻬﺎ ﺃﺷﺒﻪ ﻣﺎ ﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﺘﺼﻞ ﺑﻨﻔﺎﺱ ، ﺃﻭ ﺯﺍﺩ ﺍﻟﺪﻡ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﻭﺗﻜﺮﺭ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﺷﻬﺮ ﻭﻟﻢ ﻳﺠﺎﻭﺯ ﺃﻛﺜﺮ ﺍﻟﺤﻴﺾ ﻓﻬﻮ ﺣﻴﺾ ، ﻷﻧﻪ ﺩﻡ ﻣﺘﻜﺮﺭ ﺻﺎﻟﺢ ﻟﻠﺤﻴﺾ ، ﺃﺷﺒﻪ ﻣﺎ ﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻗﺒﻠﻪ ﻧﻔﺎﺱ . ﻭﺇﻻ ﺑﺄﻥ ﺯﺍﺩ ﻭﻟﻢ ﻳﺘﻜﺮﺭ ، ﺃﻭ ﺟﺎﻭﺯ ﺃﻛﺜﺮ ﺍﻟﺤﻴﺾ ﻭﺗﻜﺮﺭ ﺃﻭﻻ ، ﺃﻭ ﻟﻢ ﻳﺼﺎﺩﻑ ﻋﺎﺩﺓ ﺣﻴﺾ ﻓﻬﻮ ﺍﺳﺘﺤﺎﺿﺔ ﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺘﻜﺮﺭ ، ﻷﻧﻪ ﻻ ﻳﺼﻠﺢ ﺣﻴﻀﺎ ﻭﻻ ﻧﻔﺎﺳﺎ ، ﻓﺈﻥ ﺗﻜﺮﺭ ﻭﺻﻠﺢ ﺣﻴﻀﺎ ﻓﺤﻴﺾ ، ﻭﻋﻨﺪﻫﻢ ﻻ ﺗﺪﺧﻞ ﺍﺳﺘﺤﺎﺿﺔ ﻓﻲ ﻣﺪﺓ ﻧﻔﺎﺱ ، ﻛﻤﺎ ﻻ ﺗﺪﺧﻞ ﻓﻲ ﻣﺪﺓ ﺣﻴﺾ ، ﻷﻥ ﺍﻟﺤﻜﻢ ﻟﻸﻗﻮﻯ
al bayan juz 1 hal 408
[فرع: جاوز النفاس الستين]
إن جاوز النفاس الستين فرعٌ: [إن جاوز النفاس الستين] : وإذا جاوز دم النفاس ستين يومًا.. ففيه ثلاثة أوجه، حكاها الشيخ أبو حامد:
أحدها ـ وهو قول أكثر أصحابنا ـ: أن الاستحاضة قد دخلت في النفاس.
فعلى هذا: تُردُ إلى التمييز إن كانت مميزة، أو إلى العادة إن كانت معتادةً.
وإن كانت مبتدئة لا تمييز لها.. فاختلف أصحابنا فيها:
فقال أبو العباس، وأبو إسحاق: نردُها إلى أقل النفاس، وهو: لحظة.
وقال سائر أصحابنا: هي على قولين:
أحدهما: هذا.
والثاني: تردُ إلى غالب النفاس، وهو: أربعون يومًا، كما قلنا في الحيض إن جاوز أكثره.
والوجه الثاني: أن الستين تكون نفاسًا، وما زاد عليها استحاضةً.
والفرق بين النفاس والحيض: أن النفاس يُعلم وجوده قطعًا؛ لأنه يخرجُ عقيب الولد، فلم يجز أن ينتقل عن النفاس إلى الاستحاضة إلا باليقين، وهو: مجاوزة الدَم الستين، بخلاف الحيض؛ لأنا إنما نحكم بكونه حيضًا من حيث الظاهر، لا بالقطع واليقين، فجاز أن ينتقل عنه من غير قطع.والوجه الثالث ـ ذكره ابن القطان ـ: أن الستين نفاسٌ، وما زاد عليها حيضٌ؛ لأنهما لا يتنافيان. والأول أصح
