PENGUCAPAN TALAK SAAT GUYONAN
PERTANYAAN :
Seumpama ada pasangan suami istri, suaminya bercerita gurau dengan temannya, "istriku mau aku tukar tambah"Apakah perkataan seperti ini sudah jatuh dalam hukum talak 1.
JAWABAN :
Kalimat yang dipakai untuk penceraian ada dua macam :
1. Sharih (terang), yaitu kalimat yang tidak ragu ragu lagi bahwa yang dimaksud adalah memutuskan ikatan perkawinan, seperti kata si suami, "Engkau tertalak," atau "Saya ceraikan engkau." kalimat yang sharih (terang) ini tidak perlu dengan niat. Berarti apabila dikatakan oleh suami, berniat atau tidak berniat, keduanya terus bercerai, asal perkataannya itu bukam berupa hikayat.
2. Kinayah (sindiran), yaitu kalimat ysng masih ragu ragu, boleh diartikan untuk perceraian nikah atau yang lain, seperti kata suami, "pulanglah engkau kerumah keluargamu", atau "pergilah dari sini," dsb. Kalimat sindiran ini bergantung pada niat, artinya "kalau tidak diniatkan untuk perceraian nikah, tidaklah jatuh talak. Kalau diniatkam untuk menjatuhkan talak barulah menjadi talak."
Adapun talak yang keluar dalam senda gurau ataupun bercanda tetap jatuh selagi yang dipakai menggunakan kata-kata talak yang jelas seperti kata “TALAK atau CERAI”, sedang gurauan seorang suami dalam pertanyaan diatas juga bisa jatuh talak bila ada niat dari suami.
فَصْلٌ يَقَعُ طَلَاقُ الْهَازِلِ وَعِتْقُهُ وَكَذَا نِكَاحُهُ وَسَائِرُ تَصَرُّفَاتِهِ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا فَلَا يُدَيَّنُ كَأَنْ قالت له في مُعْرِضِ الدَّلَالِ أو الِاسْتِهْزَاءِ طَلِّقْنِي فقال طَلَّقْتُك وَذَلِكَ لِأَنَّهُ أتى بِاللَّفْظِ عن قَصْدٍ وَاخْتِيَارٍ وَعَدَمُ رِضَاهُ بِوُقُوعِهِ لِظَنِّهِ أَنَّهُ لَا يَقَعُ لَا أَثَرَ له لِخَطَأِ ظَنِّهِ كما لَا أَثَرَ له فِيمَا لو طَلَّقَ بِشَرْطِ الْخِيَارِ له وَلِخَبَرِثَلَاثٌ جَدُّهُنَّ جَدٌّ وَهَزْلُهُنَّ جَدٌّ النِّكَاحُ وَالطَّلَاقُ وَالرَّجْعَةُ رَوَاهُ أبو دَاوُد
Dan jatuh thalaknya orang yang bersenda gurau begitu juga nikah dan setiap akad pengelolaan hartanya secara lahir dan bathin maka tidak menjadi miliknya kembali, seperti saat istrinya yang bertujuan bercanda berkata “Talaklah aku..!” maka suami menimpali candaannya dengan berkata “Kutalak dirimu” maka jatuhlah talaknya yang demikian. Dikarenakan suami memakai bentuk kata TALAK yang tidak diperlukan lagi adanya niat dan keadaan ikhtiyarnya (kemauannya sendiri).
Tiada kerelaan menjatuhkannya sesuai dengan yang dia duga tidak berpengaruh karena dugaanya dianggap salah.......
Dan karena berdasarkan hadits nabi Muhammad SAW “Tiga hal yang apabila dikatakan dengan sungguh-sungguh maka dia menjadi serius dan bila dikatakan dengan main-main, akan jadi serius pula, yaitu nikah, talak, dan rujuk.” (HR. Abu daud).
Asnaa al-Mathaalib III/281
ويقع طلاق الهازل به بأن قصد لفظه دون معناه أو لعب به بأن لم يقصد شيئا ولا أثر لحكاية طلاق الغير وتصوير الفقيه وللتلفظ به بحيث لا يسمع نفسه
Dan jatuhlah talaknya orang yang bersenda gurau seperti saat ia menyengaja lafadznya bukan maknanya, atau bermain-main seperti saat ia tidak menyengaja sesuatupun. Dan tidak berpengaruh karena menceriterakan talaknya orang lain, penjabaran orang alim fiqh dan sebatas melafadzkannya sekira tanpa terdengar oleh dirinya.
Fath al-Mu’iin IV/5
( و ) يقع ( بكناية ) وهي ما يحتمل الطلاق وغيره إن كانت ( مع نية ) لإيقاع الطلاق
Dan talak bisa jatuh dengan kata kinayah ialah kata-kata yang mengandung arti talak dan arti lainnya dengan syarat dibarengi niat saat menjatuhkannya.
Fath al-Mu’iin IV/12
MENGUCAPKAN TALAK KETIKA MARAH
•Jika sang suami dalam keadaan emosional sempat melontarkan kata talaq, apakah talaq itu sah,
•jika ingin berkumpul lgi apakah hrus mmbangun nikah lagi?.
JAWABAN:
Dalam hidup berumah tangga, pasangan suami dan istri pastinya memiliki berbagai macam permasalahan, baik masalah kecil atau masalah besar yang memicu timbulnya sebuah pertengkaran diantara keduanya yang terkadang hal itu bisa membuat keduanya lepas kendali dalam berucap dan bahkan bersikap. Dan tidak jarang pada saat emosi yang tidak terkendali, seorang suami menjatukan talak.
1. Bahwa semua Ulama’ sepakat dan menyatakan bahwa talak yang diucapkan dalam kondisi marah adalah sah apabila amarah tersebut tidak sampai menghilangkan akal.
2. Apabila talak tersebut adalah talak roja’i dan masih dalam masa iddah, maka keduanya bisa ruju’ tanpa harus melaksakan akad yang baru. Dan apabila talak tersebut adalah talak ba’in, maka keduanya bisa bersatu kembali dengan ketentuan lima syarat:
1• Selesai masa iddahnya
2• Menikah dengan laki-laki lain
3• Melakukan hubungan intim dengan suami yang kedua
4• Ditalak ba’in oleh suami yang kedua
5• Selesai masa iddah dari talak suami yang kedua. Wallahu a’alam bis shawab.
لَا طَلَاقَ فِي إغْلَاقٍ } وَفَسَّرَهُ كَثِيرُونَ بِالْإِكْرَاهِ كَأَنَّهُ أُغْلِقَ عَلَيْهِ الْبَابُ أَوْ انْغَلَقَ عَلَيْهِ رَأْيُهُ وَمَنَعُوا تَفْسِيرَهُ بِالْغَضَبِ لِلِاتِّفَاقِ عَلَى وُقُوعِ طَلَاقِ الْغَضْبَانِ قَالَ الْبَيْهَقِيُّ . تحفة المحتاج في شرح المنهاج . الجز 32. صفحة 460.
( ومتعد بسكر ) أي بشرب خمر وأكل بنج أو حشيش لعصيانه بإزالة عقل بخلاف سكران لم يتعد بتناول مسكر كأن أكره عليه أو لم يعلم أنه مسكر فلا يقع طلاقه إذا صار بحيث لا يميز لعدم تعديه وصدق مدعي إكراه في تناوله بيمينه إن وجدت قرينة عليه كحبس وإلا فلا بد من البينة ويقع طلاق الهازل به بأن قصد لفظه دون معناه أو لعب به بأن لم يقصد شيئا ولا أثر لحكاية طلاق الغير وتصوير الفقيه وللتلفظ به بحيث لا يسمع نفسه واتفقوا على وقوع طلاق الغضبان وإن ادعى زوال شعوره بالغضب . فتح المعين . الجز 4. صفحة 5.
( قوله واتفقوا على وقوع طلاق الغضبان ) في ترغيب المشتاق سئل الشمس الرملي عن الحلف بالطلاق حال الغضب الشديد المخرج عن الاشعار هل يقع الطلاق أم لا وهل يفرق بين التعليق والتنجيز أم لا وهل يصدق الحالف في دعواه شدة الغضب وعدم الإشعار فأجاب بأنه لا اعتبار بالغضب فيها نعم إن كان زائل العقل عذر. إعانة الطالبين . الجز 4. صفحة 5.
ﻧﺺ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻃﻼﻕ ﺍﻟﻐﻀﺒﺎﻥ ﻻ ﻳﻘﻊ ﻓﻰ ﺣﺎﻟﺘﻴﻦ ﺍﻟﺤﺎﻟﺔ ﺍﻷﻭﻟﻰ ﺃﻥ ﻳﺒﻠﻎ ﺑﻪ ﺍﻟﻐﻀﺐ ﻧﻬﺎﻳﺘﻪ ﻓﻼ ﻳﺪﺭﻯ ﻣﺎ ﻳﻘﻮﻟﻪ ﻭﻻ ﻣﺎ ﻳﻘﺼﺪﻩ . ﺍﻟﺤﺎﻟﺔ ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﺃﻻ ﻳﺒﻠﻎ ﺑﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻐﻀﺐ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺤﺎﻟﺔ ﻭﻟﻜﻨﻪ ﻳﺼﻞ ﺑﻪ ﺇﻟﻰ ﺣﺎﻟﺔ ﺍﻟﻬﺬﻳﺎﻥ ﻓﻴﻐﻠﺐ ﺍﻟﺨﻠﻞ ﻭﺍﻻﺿﻄﺮﺍﺏ ﻓﻰ ﺃﻗﻮﺍﻟﻪ ﻭﺃﻓﻌﺎﻟﻪ، ﺃﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻐﻀﺐ ﺃﺧﻒ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻭﻛﺎﻥ ﻻ ﻳﺤﻮﻝ ﺩﻭﻥ ﺇﺩﺭﺍﻙ ﻣﺎ ﻳﺼﺪﺭ ﻣﻨﻪ ﻭﻟﻢ ﻳﺴﺘﺘﺒﻊ ﺧﻠﻼ ﻓﻰ ﺃﻗﻮﺍﻟﻪ ﻭﺃﻓﻌﺎﻟﻪ ﻭﻛﺎﻥ ﻳﻌﻰ ﻣﺎ ﻳﻘﻮﻝ . ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻄﻼﻕ ﻓﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺤﺎﻟﺔ ﻳﻘﻊ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺷﺒﻬﺔ . ﻭﺍﺧﺘﻠﻒ ﻓﻘﻬﺎﺀ ﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﻓﻰ ﻭﻗﻮﻉ ﻃﻼﻕ ﺍﻟﻤﻜﺮﻩ ﺃﻭ ﻋﺪﻡ ﻭﻗﻮﻋﻪ ﻓﺬﻫﺐ ﺍﻟﻔﻘﻪ ﺍﻟﺤﻨﻔﻰ ﺇﻟﻰ ﻭﻗﻮﻉ ﺍﻟﻄﻼﻕ ﻣﻊ ﺍﻹﻛﺮﺍﻩ، ﻭﺫﻫﺐ ﻓﻘﻬﺎﺀ ﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻴﺔ ﻭﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﻭﺍﻟﺤﻨﺎﺑﻠﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻃﻼﻕ ﺍﻟﻤﻜﺮﻩ ﻏﻴﺮ ﻭﺍﻗﻊ . ﻟﺤﺪﻳﺚ ( ﺭﻓﻊ ﻋﻦ ﺃﻣﺘﻰ ﺍﻟﺨﻄﺄ ﻭﺍﻟﻨﺴﻴﺎﻥ ﻭﻣﺎ ﺍﺳﺘﻜﺮﻫﻮﺍ ﻋﻠﻴﻪ ) ﻭﺑﻬﺬﺍ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﺟﺎﺀ ﺣﻜﻢ ﺍﻟﻤﺎﺩﺓ ﺍﻷﻭﻟﻰ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺎﻧﻮﻥ ﺭﻗﻢ 25 ﻟﺴﻨﺔ 1929 ﺣﻴﺚ ﻗﺮﺭﺕ ﺃﻥ ﻃﻼﻕ ﺍﻟﺴﻜﺮﺍﻥ ﻭﺍﻟﻤﻜﺮﻩ ﻻ ﻳﻘﻊ، ﻭﺍﺧﺘﻠﻒ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺮﺃﻯ ﻓﻰ ﻣﺪﻯ ﺍﻹﻛﺮﺍﻩ ﻭﺷﺮﻭﻃﻪ، ﻓﻔﻰ ﺍﻟﻔﻘﻪ ﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻰ ﺃﻥ ﺍﻹﻛﺮﺍﻩ ﻋﻠﻰ ﺇﻳﻘﺎﻉ ﺍﻟﻄﻼﻕ ﺑﺎﻟﻘﻮﻝ ﻻ ﻳﻠﺰﻡ ﺑﻪ ﺷﻰﺀ ﻻ ﻗﻀﺎﺀ ﻭﻻ ﺩﻳﺎﻧﺔ ﺑﺸﺮﻁ ﺃﻥ ﻻ ﻳﻨﻮﻯ ﺣﻞ ﻋﻘﺪﺓ ﺍﻟﺰﻭﺍﺝ ﺑﺎﻃﻨﺎ . ﻓﺘﺎﻭﻱ ﺍﻷﺯﻫﺮ . الجز 2. صفحة ٦٨ .
فصل): في الرجعة وإذا طلق امرأته واحدة أو اثنتين فله مراجعتها ما لم تنقض عدتها، فإن انقضت عدتها كان له نكاحها وتكون معه على ما بقي من عدد الطلاق) الرجعة بفتح الراء على الأفصح وكسرها لغة، وهي في الشرع عبارة عن الرد إلى النكاح بعد طلاق غير بائن على وجه مخصوص. والأصل فيها الكتاب والسنة وإجماع الأمة فإن طلقها ثلاثاً فلا تحل له بعد وجود خمسة أشياء: انقضاء عدتها منه، وتزوجها بغيره، ودخوله بها، وبينونتها، وانقضاء عدتها منه . كفاية الاخيار . الجز 1. صفحة 504.