1. NEMINTA PADA NON MUSLIM UNTUK BANGUN MASJID
Mas’alah:
a. Bolehkah meminta / menerima bantuan untuk pembangunan madrasah/masjid/pondok dari non muslim?
b. Bolehkah/sahkah bantuan (tenaga/uang) dari orang non muslim untuk membangun masjid/madrasah?
Jawab:
Menerima bantuan/tenaga/uang dari orang non muslim untuk pembangunan masjid/pondok/madrasah hukumnya boleh/sah. Selama hal tersebut tidak merugikan umat islam. Dan uang yang diberikan nyata-nyata tidak haram.
Dasar pengambilan:
Al bajuri juz 2 hal. 63
ويصحّ الوقف من الكافر ولو لمسجد وإن لم يعتقده قربة.
Terjemah:
Diperbolehkan waqaf dari orang kafir, meskipun untuk masjid meskipun mereka tidak meyakini sebagai qorban (pendekatan diri).
Ihkamul Ahkam juz 4 : 238
وردت احاديث تدلّ على جواز قبول هدايا الكفار والإهداء لهم أهدى كسرى لرسول الله صلى الله عليه وسلم فقبل عنه واهدى لهم قيصر قبل واهدت له الملوك فقبل منها.
Terjemah:
Telah ada haditsnya yang menunjukkan atas diperbolehkannya menerima hadiah dari orang-orang kafir dan memberikannya kepada mereka. Raja kaisar pernah menghadiahkan sesuatu kepada Rosululloh SAW. Dan beliau menerimanya. Kemudian sebelumnya Raja Kaisar juga pernah memberi hadiah kepada Nabi, dan beliau juga menerimanya. Begitu Raja-Raja banyak yang memberikan hadiah kepada Nabi SAW. Dan beliau juga menerimanya dari mereka.
Yasaluka ‘aniddin wal hayat juz 3 hal. 91
وقد ذكرت لجنة الفتوى بالازهر أنّ مذهب الحنابلة والشافعية والحنفية لا يرى مانعا منه فى الجمعة وغيرها من سائر الصلوات فى المسجد الذى بينى مسيحيّ ومن ذلك نفهم أنّه ليس هناك ما يمنع من قبول تبرعات من غير المسلمين غير عبادتهم أو يترتب على ذلك ضرر المسلمين.
Terjemah:
Lajnah fatwa Al Azhar telah menyebutkan, bahwa madzhab Hambali, Syafi’I, Hanafi tidak terlihat melarang dirinya didalam jum’ah dan lainnya dari semua sholat-sholat didalam masjid yang didirikan orang-orang masihi dengan hal itu, kita faham. Sesungguhnya disana tidak ada sesuatu yang melarang menerima pemberian dari selain orang-orang islam, kecuali ibadahnya. Atau sesuatu yang menjadikan/membahayakan orang-orang muslim.
2. MENYIASATI BARANG RIBA
Apakah boleh menghela (mensiasati) barang yang sudah jelas riba?
Jawab :
Menghelah barang yang sudah jelas riba agar menjadi halal, terdapat khilaf di antara para ulama, yakni :
Menrut Imam Malik dan Imam Ahmad haram.
Menurut Imam Syafi’i dan Abu Hanifah boleh, bila ada dhorurot atau غرض الشرعي (keputusan yang diatur oleh syara').
Dasar pengambilan :
Is’adu Ar-Rofiq I : 134
(وتحرم أيضا حيلة) اى الربا اى الحيلة فيه عند الامام ملك والاحمد رحمهما الله تعالى وقال الشافعى وابو حنيفة بجوازها وعدها فى الزواجر من كبائر عند محرّمها.
Terjemah:
(Haram juga menghela/merekayasa) riba. Artinya haram menghela riba menurut imam Malik dan imam Ahmad. Imam Syafii dan imam Abu Hanifah mengatakan boleh merkayasa riba. Imam Ibnu Hajar menganggap dalam kitab Zawahir termasuk dosa besar bagi orang yang memperbolehkan.
Bughyatu Al Mustarsyidin hal: 135
إذ القرض الفاسد المحرم هو القرض المشروط فيه النفع للمقرض. هذا إن وقع فى صلب العقد وإن تواطأ عليه قبله ولم يذكر فى صلبه أو لم يكن عقد جاز مع الكرهة كسائر حيل الربا الواقعة لغرض شرعيّ.
Terjemah:
Menghutangi yang rusak dan haram adalah menghutangi yang ada syarat memberi manfaat kepada yang menghutangi. Hal ini jika syarat terjadi dalam sulbi al-‘aqdi (disebut dalam aqad) kalau terjadinya syarat sebelum aqad dan tidak disebut waktu aqad. Atau tidak ada aqad, maka boleh dengan makruh, seperti berbagai cara merekayasa riba. Pada selain tujuan sara’.
Bahjatu Al Wasail hal: 37
تنبيه: الحيلة فى الربا وغيره قال بتحريمهما مالك واحمد وذهب الشافعي وابو حنينفة إلى جواز الحيلة فى الربا وغيره عند الاضطرار إلى عن قال.....فعلم مما تقرر أنّ هذه الحيلة التى علّمها صلى الله عليه وسلم بعالم خيبر. نصّ جواز مطلق الحيلة فى الربا وغيره إذ لا قائل بالفرق أفاد ذلك كله ابن حجر فى الزواجر.
Terjemah:
(Peringatan) merekayasa riba dan lainnya menurut imam malik dan Imam Ahmad adalah haram, imam Syafi’I dan imam Abu Hanifah berpendapat: boleh merekayasa riba dan lainnya ketika terpaksa…..s/d ….diketahui dari apa yang telah ditetapkan bahwa merekayasa ini adalah apa yang ditetapkan Rosululloh SAW. Bagi pekerja penduduk khoibar.
Kepastian diperbolehkan riba dan lainnya itu adalah karena tidak ada yang membedakan antara riba dengan lainnya. Pengertian tersebut semuanya dijelaskan oleh imam Ibnu Hajar dalam kitab Zawajir.
3. MENGUBAH HARGA PADA KWITANSI
a. bagaimana hukumnya membeli TV seharga Rp 200.000,- tetapi dikwitansi minta ditulis radio seharga yang sama?
b. bagaimana hukumnya kalau ada orang yang menjual barang seharga Rp 100.000,- tetapi pembeliannya minta kwitansi seharga Rp 150.000,- dan oleh penjual dipenuhi?
Jawab:
Jual belinya sah, asalkan syarat tersebut (penulisan kwitansi) tidak disebutkan didalam akad atau sebelumnya. Dan jual belinya belum memperoleh kekuatan hukum tetap, sedangkan pembuatan kwitansi hukumnya haram.
Dasar pengambilan:
Is’adur Rifiq juz 2 hal 76:
ومنها الكذب وهو عند اهل السنة الإخبار بالشيء بخلاف الواقع أى على خلاف ما هو عليه سواء علم ذلك وتعمده أم لا.
Terjemah:
Termasuk maksiat (perbuatan dosa) adalah berbohong, berbohong menurut sunnah adalah: menghabarkan sesuatu tidak sesuai dengan kenyataan, baik ia tau hal itu dan sengaja atau tidak.
Is’adur Rifiq juz 2 hal 105:
ومنها كتابه ما يحرم النطق به قال فى البداية لأنّ القلم احد اللسانين فاحفظه عما يجب اللسان منه إلى عن قال.....فليصن الإنسان قلمه عن كتاب الحيل والمخادعات والمنكرات حادثات المعاملة.
Terjemah:
Termasuk maksiat (perbuatan dosa) ialah menulis sesuatu yang haram diucapkan. Imam Al Ghozali berpendapat dalam kitab bidayah: karena tuisan adalah salah satu dari dua lisan (ucapan) maka jagalah dari apa yang harus dijaga dari mulut…..s/d….maka jagalah wahai manusia, atas tulisannya, jauhkan dari rekayasa, penipuan, dan berbagai kemungkaran dalam pola hidup yang baru.
I’anatu At-Tholibin juz 3 hal 3:
قوله وكل بيع مبرورا اى لا غش فيه ولا خيانة والفرق بين الغش والخيانة أنّ الأول تدليس يرجع إلى ذات البيع كأن يجعّد شعر الجارية و يحمّر وجهها والثانى أعمّ لأنّه تدليس فى ذاته أو صفته أو أمر خارج كأن يصفه بصفة كاذبة و كأن يذكر له ثمنا كاذبا.
Terjemah:
(Kata-kata dan setiap jual beli yang baik) artinya tidak ada unsur penipuan dan khianat. Perbedaan diantara penipuan dan khianat adalah kalau penipuan itu larinya kepada dzatiyahnya yang dijual, seperti mengeriting rambut, me make up wajah bagi jariyah (amat yang dijual), yang kedua khianat itu lebih umum, karena khianat itu (menipu) pada dzatiyahya, sifatnya, atau sesuatu yang diluar itu: seperti mjemberi keterangan dengan sifat-sifat yang palsu, dan menyebutkan hanya ndengan berbohong dan lain-lain.
Sulamu At-Taufiq hal 53:
يحرم بيع الشيء الحلال الطاهر على من يعلم أنّه يريد أن يعصى به.
Terjemah:
Haram menjual sesuatu (benda) yang halal dan suci kepada seseorang yang diketahui (ditengarahi) akan berbuat maksiat dengan benda (yang dibeli) tadi.
Hasyiyatu Al-jamal juz 3 hal. 75
والحاصل بكلامهم أنّ كل شرط مناف لمقتضى الاقض إنّما يبطله إذا وقغ فى صلبه أو بعده وقبل لزومه بخلاف ما لو تقدّم عليه ولو فى مجلسه ومثل ما فى بغية المسترشدين صحيفة 176. وقليبى الجزء الثانى صحيفة 177.
Terjemah:
Kesimpulan pendapat para ulama’, bahwa setiap syarat yang meniadakan tujuan aqad itu membatalkan (aqad) jika terjadi disebut dalam aqad. Atau setelahnya dan sebelum luzum (ketetapan). Lain halnya syarat itu disebut lebih dahulu, disbanding aqad, meskipun masih dalam satu majlis.
4. JUAL BELI MENGGANTI AKAD
Bagaimana jual beli dengan mengganti aqad ? contohnya : A menjual TV kepada B seharga Rp. 150.000,- tetapi B meminta kwitansi seharga Rp. 200.000,- dan A tidak mau. Kemudian oleh A aqadnya dirubah, yaitu TV tadi diberi harga Rp. 200.000,- dengan komisi diberikan kepada B Rp. 50.000,- ?
Jawab :
Aqadnya sah bila B bertindak sebagai pembeli langsung bukan wakil yang mewakilkan.
Dasar pengambilan :
Al Bujairomi Alal Minhaj II / 443
وَمِنْهُ يُؤْخَذُ امْتِنَاعُ مَا يَقَعُ كَثِيرًا مِنْ اخْتِيَارِشَخْصٍ حَاذِقٍ لِشِرَاءِ مَتَاعٍ فَيَشْتَرِيَهُ بِأَقَلَّ مِنْ قِيمَتِهِ لِحِذْقِهِ وَمَعْرِفَتِهِ وَيَأْخُذُ لِنَفْسِهِ تَمَامَ الْقِيمَةِ مُعَلِّلًا ذَلِكَ بِأَنَّهُ هُوَ الَّذِي وَفَّرَهُ لِحِذْقِهِ
Terjemah :
Termasuk di dalamnya adalah terlarangnya sesuatu yang kebanyakan terjadi dari kehendak seorang yang pandai (limpat) untuk membeli kekayaan, dia membelinya dengan harga yang lebih murah dari harga umumnya. Karena ia pandai atau memang sudah mengetahuinya. Dan ia mengaku bahwa harganya, seperti harga umumnya, demi untuk kepentingan dirinya.
5. POTONGAN HARGA
A disuruh B untuk membeli barang dengan jumlah banyak dan kontan biasanya mendapat korting (potongan harga). Oleh penjual korting tersebut diberikan A (pesuruh). Bolehkan ?
Jawab :
Kalau pengurangan harga itu termasuk korting, maka pemberian itu untuk si B (موكل).
Kalau pengurangan harga itu dinamakan sebagai komisi (hadiyah) maka pemberian itu milik si A (وكيل).
Dasar pengambilan :
Al Mahali Hamisi Al Qulyubi II / 334
و أن قال بع بمائة لم يبع بأقلّ منها وله أن يزيد عليها إلا أن يصرح بالنهى عن الزيادة فلا يزيد.
Terjemah :
Apabila seorang berkata (kepada orang lain / pesuruh) jualkanlah (ini) dengan harga Rp. 100,- maka ia tidak boleh menjual dengan harga yang lebih rendah dari Rp. 100,- dan ia boleh menjual lebih dari Rp. 100,-. Kecuali apabila (pemesan) menjelaskan, jangan kamu jual lebih dari Rp. 100,0. Maka hal ini tidak boleh menjual lebih (dari Rp. 100,-).
Jamal Al Minhaj III / 347
وكتب ع ش عليه قوله أخذ أقلّ الأمرين الضمير فيه للولى وخرج به غيره كالوكيل الذى لم يجعل له موكله شيئا على عمله فليس له الاخذ لما يأتى أنّ الولى إنما جاز له الاخذ لأنّه او اخذه تصرّف بمال من لا تمكن معاقدته وهو يفهم عدم جواز اخذها لوكيل لإمكان مراجعة موكله بتقدير شيء له أو عزلهم من التصرّف.
Terjemah :
Ali Assibro Malisi menulis atas hal tersebut dengan perkataanya mengambil lebih sedikit perkara dua. Dhomir. Maksudnya yang mengambil adalah wali, lain halnya dengan selain wali, seperti wakil. Di mana orang yang mewakilkan tidak member hak apa-apa kepadanya atas pekerjaannya, maka baginya (wakil) tidak boleh mengambil karena wali memperbolehkan mengambil itu, karena dirinya mengambil itu, seperti halnya ia menasarufkan hartanya orang yang tidak mungkin ada ikatan (saling mempercayai) hal itu memebri pengertian bahwa wali tidak boleh mengambilnya untuk wakil, karena dimungkinkan mencabut perwakilannya di dalam mengira-ngira sesuatu bagi dirinya (wakil) atau memecat wakil dari tasaruf.