Sabtu, 13 Mei 2017

THALAQ



Membina rumah tangga yang harmonis menjadi harapan setiap orang, namun dalam kenyataanya hal ini bukan sesuatu yang mudah. Karena ada suatu masalah seorang suami berkata pada isterinya “ kalau begini terus kamu saya tholaq “ dan ternyata masalah tersebut sering terulang, namun setelah kejadian suami tidak sampai mengatakan “ kamu saya tholaq “ dia hanya mengucapkan seperti kata diatas.


Pertanyaan:


Sudahkah ucapan suami tersebut termasuk thalaq?



Jawaban:


Ucapan suami tersebut bukan termasuk thalaq, hanya sekedar ancaman untuk menolak.



أَسْنَى الْمَطاَلِبِ : 16  / 358


( قَوْلُهُ الطَّرَفُ الثَّانِي فِي التَّعْلِيقِ بِالتَّطْلِيقِ إلَخْ ) قَالَ رَجُلٌ لِامْرَأَتِهِ طَلَّقْتُك إنْ دَخَلْت الدَّارَ أَوْ إنْ دَخَلْت الدَّارَ فَطَلَّقْتُك قَالَ الْكِنْدِيُّ عُرِضَتْ هَذِهِ الْمَسْأَلَةُ بِدِمَشْقَ مَنْسُوبَةً إلَى الْجَامِعِ الْكَبِيرِ لِمُحَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ وَلَيْسَتْ مَذْكُورَةً فِي كُتُبِ الشَّافِعِيَّةِ ثُمَّ أَجَابَ فِيهَا بِأَنَّ طَلَّقْتُك إنْ دَخَلْت الدَّارَ تَطْلُقُ فِي الْحَالِ وَأَمَّا إنْ دَخَلْت الدَّارَ طَلَّقْتُك فَلَا تَطْلُقُ إلَّا عِنْدَ دُخُولِ الدَّارِ قَالَ السُّبْكِيُّ أَخْطَأَ الْكِنْدِيُّ فِيمَا قَالَهُ وَالصَّوَابُ أَنَّ الطَّلَاقَ فِي الْأُولَى يَقَعُ عِنْدَ دُخُولِ الدَّارِ لَا قَبْلَهُ وَفِي الثَّانِيَةِ لَا يَقَعُ أَصْلًا إلَّا أَنْ يَنْوِيَ بِقَوْلِهِ طَلَّقْتُك مَعْنًى أَنْتِ طَالِقٌ فَيَقَعُ عِنْدَ وُجُودِ الشَّرْطِ.



(  قوله الصواب الخ) sesungguhnya thalaq dalam permasalahan yang pertama (kamu saya talaq apabila kamu masuk rumah) akan terjadi pada saat masuk rumah. Sedang pada permasalahan yang kedua (apabila kamu masuk rumah maka aku akan menalaqmu) sama sekali tidak terjadi thalaq kecuali adanya niat yang bersamaan dengan ucapannya semisal: “aku telah menalakmu” dalam artian “kamu telah tertalak”. Maka terjadilah thalak tersebut dengan terwujudnya syarat.





فتاوى كبرى: 4/145


سُئِلَ نَفَعَ اللَّهُ تَعَالَى بِعُلُومِهِ وَبَرَكَتِهِ الْمُسْلِمِينَ عَمَّنْ قال إن دَخَلْت الدَّارَ طَلَّقْتُك فَهَلْ هو تَعْلِيقٌ أو لَغْوٌ فَأَجَابَ بِقَوْلِهِ نَصَّ في الْأُمِّ على أَنَّهُ وَعْدٌ فَيَكُونُ لَغْوًا نعم إنْ ذَكَرَ قَبْلَهُ "قد" لَفْظًا أو نِيَّةً كان تَعْلِيقًا لِانْسِلَاخِهِ عن الْوَعْدِ حِينَئِذٍ وَاَللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ.



“Ada seseorang yang berkata “andaikan kamu masuk rumah maka kamu aku tholak”. Apakah perkataan ini termasuk “ta’liq” ataukah sekedar perkataan yang tiada arti? Dalam hal ini Imam Syafi’i menuliskan didalam kitab “al-Umm” bahwasannya ucapan tersebut dikategorikan ancaman untuk menolaq dengan demikian perkataan tersebut tiada arti, oh ya! Andai kata sebelum perkataan tersebut dia menyebutkan kalimat“qod” (pasti) secara lafdziah atau kira-kiranya maka perkataan tersebut tergolong “ta’liq” sebab qod memberi faedah menghapus ancaman.”




فتوى الرملي : 4/208


( سُئِلَ ) عَمَّنْ قَالَ : إنْ أَبْرَأْتِنِي مِنْ صَدَاقِك طَلَّقْتُك .فَأَبْرَأَتْهُ مِنْهُ بَرَاءَةً صَحِيحَةً فَلَمْ يُطَلِّقْهَا فَهَلْ يَكُونُ قَوْلُهُ : " طَلَّقْتُك " وَعْدًا مِثْلَ قَوْلِهِ : " أُطَلِّقُك " فَلَا يَقَعُ بِهِ طَلَاقٌ أَوْ تَعْلِيقًا مِثْلَ قَوْلِهِ : " فَأَنْتِ طَالِقٌ " حَتَّى يَقَعَ بِهِ الطَّلَاقُ ؟ ( فَأَجَابَ ) بِأَنَّهُ إنْ قَصَدَ الْقَائِلُ بِقَوْلِهِ : " طَلَّقْتُك " أَنَّهَا طَالِقٌ عِنْدَ حُصُولِ الْإِبْرَاءِ وَقَعَ عَلَيْهَا بِهِ طَلْقَةٌ وَاحِدَةٌ إلَّا إذَا قَصَدَ أَكْثَرَ مِنْ وَاحِدَةٍ فَيَقَعُ عَلَيْهَا مَا قَصَدَهُ وَإِلَّا لَمْ يَقَعْ بِهِ شَيْءٌ .



Beliau (Imam Romliy) ditanya tentang seseorang yang berkata (kepada istrinya): "jika kamu membebaskanku dari membayar maharmu, aku mentalakmu", kemudian si istri membebaskannya (meng-iya-kan) lalu si suami tidak juga mentalaqnya, apakah ucapan si suami "THOLLAQTUKI/aku mentalaqmu" itu merupakan ANCAMAN semacam ucapannya "UTHOLLIQUKI/kamu akan ku talaq" sehingga tidak jatuh talaq, atau merupakan TA'LIQ seperti ucapannya "FA ANTI THOLIQUN / maka kamu tertalaq" sehingga jatuh talaq? kemudian Beliau menjawab: bahwa sesungguhnya APABILA orang yang berkata (si suami) menyengaja/berniat (mentalaq) dengan ucapannya "THOLLAQTUKI/ aku mentalaqmu" MAKA sesungguhnya istrinya tertalaq ketika terpenuhinya pembebasan (mahar tersebut), jatuhlah talaq satu padanya (istri), kecuali jika si suami berniat mentalaqnya lebih banyak dari itu (dua/tiga) maka jatuhlah talaq sebagaimana yang ia niatkan, dan APABILA TIDAK (meniatkan mentalaq sitri dengan ucapannya tersebut) MAKA tidak terjadi apa-apa (tidak jatuh talaq),