Sudah menjadi rahasia umum, setiap pengajuan proposal nominal yang dicantumkan dalam anggaran selalu diperbesar dari kebutuhan riil, bahkan sering sumbangan dari pemerintah tidak di alokasikan pada aturan yang telah ditetapkan penyumbang/ pemerintah, namun dalam pelaporannya disesuaikan dengan ketentuan dari pemerintah.
Pertanyaan:
a. Bagaimana hukumnya memanipulasi data dalam pengajuan proposal/ laporan sumbangan ?
b. Bagaimana hukumnya mengalokasikan dana bantuan untuk kepentingan yang tidak sesuai dengan kehendak penyumbang/ pemerintah ?
Jawaban:
a. Memanipulasi data berhukum haram, namun jika manipulasi data tersebut merupakan jalan satu-satunya, dan dia termasuk orang yang berhak menerima bantuan tersebut, maka diperbolehkan.
الفَتَاوَى الْفِقْهِيَّةُ الْكُبْرَى:1 / 463
لَوْ لَمْ يَدْفَعْ السُّلْطَانُ إلَى كُلِّ الْمُسْتَحَقِّينَ حُقُوقَهُمْ مِنْ بَيْتِ الْمَالِ فَهَلْ يَجُوزُ أَخْذُ شَيْءٍ مِنْهُ قَالَ فِيهِ أَرْبَعَةُ مَذَاهِبَ أَحَدُهَا لَا يَجُوزُ لِأَنَّهُ مُشْتَرَكٌ وَلَا يَدْرِي حِصَّتَهُ مِنْهُ حَبَّةً أَوْ دَانَقَ أَوْ غَيْرَهُمَا وَهُوَ غُلُوٌّ وَالثَّانِي يَأْخُذُ قُوتَ كُلِّ يَوْمٍ فِيهِ وَالثَّالِثُ كِفَايَةُ سَنَةٍ وَالرَّابِعُ يَأْخُذُ مَا يُعْطَى وَهُوَ حَقُّهُ.
Andaikata pemerintah tidak mau menyerahkan harta dari baitul mal pada yang berhak, apakah boleh harta tersebut diambil paksa? Mushonnif menjawab: permasalahan tersebut terdapat empat madzab.
1. Tidak boleh, karena harta tersebut bercampur dengan yang lain dan tidak diketahui sedikit pun yang mana kira-kira yang menjadi bagiannya, Sedangkan harta tersebut adalah harta yang berharga.
2. Boleh mengambil makanan pokok pada tiap harinya.
3. Boleh mengambil sebanyak perbekalan hidup satu tahun.
4. Mengambil harta sebatas yang hendak diberikan yakni haknya sendiri.
اَلْمَجْمُوْعُ شَرْحُ الْمُهَذَّبِ: 9/ 349
فَرْعٌ: قَالَ اْلغَزَالِي مَالُ اْلمَصَالِحِ لاَ يَجُوْزُ صَرْفُهُ اِلاَّ لِمَنْ فِيْهِ مَصْلَحَةٌ عَامَّةٌ أَوْ هُوَ مُحْتاَجٌ عَاجِزٌ عَنِ اْلكَسْبِ مِثْلُ مَنْ يَتَوَلَّى أَمْرًا تَتَعَدَّى مَصْلَحَتُهُ إِلَى اْلمُسْلِمِيْنَ وَلَوْ اِشْتَغَلَ بِالْكَسْبِ لَتَعَطَّلَ عَلَيْهِ مَا هُوَ فِيْهِ فَلَهُ فِي بَيْتِ اْلمَالِ كِفَايَتُهُ فَيَدْخُلُ فِيْهِ جَمِيْعُ اَنْواَعِ عُلَماَءِ الدِّيْنَ كَعِلْمِ التَّفْسِيْرِ وَالْحَدِيْثِ وَاْلفِقْهِ وَاْلقِرَاءَةِ وَنَحْوِهاَ يَدْخُلُ فِيْهِ طَلَبَةُ هَذِهِ اْلعُلُوْمِ وَاْلقُضَاةُ وَاْلمُؤَذِنُوْنَ وَاْلاَجْنَادُ. وَيَجُوْزُ أَنْ يُعْطَى هَؤُلاَءِ مَعَ اْلغَنِيْ وَيَكُوْنُ قَدْرُ الْعَطَاءِ إِلَى رَأْىِ السُّلْطَانِ وَماَ تَقْتَضِيْهِ اْلمَصْلَحَةُ وَيَخْتَلِفُ بِضَيْقِ اْلمَالِ وَسَعَتِهِ.
“Far’un: Imam Ghozali berkata: harta yang disediyakan untuk kepentingan umat itu tidak boleh dialokasikan kecuali kepada orang yang penuh dengan kemaslahatan umat (kepentingan umum) atau kepada orang lemah yang tidak punya pekerjaan, seperti orang yang menguasai urusan untuk kepentingan umat muslim di mana kalau dia bekerja maka gagallah urusan tersebut, maka orang ini berhak mengambil investasi dari baitul mal, dengan demikian masuklah dalam kata gori ini yaitu seluruh tokoh agama seperti guru ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu fiqih, dan lain sebagainya. Temasuk dalam kategori ini pula yaitu para santri, penegak hukum, muadzin dan pasukan perang. Diperbolehkan memberi harta pada orang-orang tersebut walaupun mereka kaya dan kadar pemberiannya tergantung pemberian pemeritah dan menurut kadar yang dibutuhkan untuk kemaslahatan umat, dan pemberian harta tersebut berbeda-beda dengan melihat banyak tidaknya kas negara.
إعَانَةُ الطَّالِبِيْنَ :3/288
قاَلَ فِي اْلاِحْياَءِ، وَالضَّابِطُ فِي ذَلِكَ أَنْ كُلَّ مَقْصُوْدٍ مَحْمُوْدٍ يُمْكِنُ التَّوَصُّلُ إِلَيْهِ بِالصِّدْقِ وَالْكِذْبِ جَمِيْعًا، اَلْكِذْبُ فِيْهِ حَرَامٌ أَوْ بِالكِذْبِ وَحْدَهُ فَمُبَاحٌ إِنْ أُبِيْحَ تَحْصِيْلُ ذَلِكَ الْمَقْصُوْدِ.
“Imam Ghozali berkata dalam kitab Ihya’ Ulumuddin: yang menjadi qoidah pada hal tersebut ialah setiap tujuan yang terpuji itu mungkin saja diraih dengan cara jujur dan bohong, maka berbohong dalam permasalahan tersebut hukumnya haram, dan atau meraih dengan cara berbohong saja,maka berbohong diperbolehkan ini diperbolehkan apabila diperbolehkan meraih tujuan tersebut dengan cara ini.”
b. Untuk sumbangan dari pemerintah boleh pengelokasiannya dirubah apabila lebih maslahah dan tidak ada tanda-tanda keharusan melaksanakan aturan pemerintah,karena pihak yayasan diposisikan sebagai wakil dari pemerintah yang selaku pemberi sumbangan. Dan apabila sumbangan itu berasal dari pihak swasta, maka harus sesuai dengan tujuan penyumbang, kecuali bila ada tanda-tanda kerelaan penyumbang untuk dialokasikan dalam bentuk apapun.
بُغْيَةُ الْمُسْتَرْشِدِيْنَ: 310
لَوْ عَيَّنَ الْمُوَكِّلُ سُوْقاً أَوْ قَدْراً أَوْ مُشْتَرِياً، وَدَلَّتِ اْلقَرَائِنُ عَلَى ذَلِكَ لِغَيْرِ غَرَضٍ أَوْ لمَ تَدُلَّ وَكَانَتِ اْلمصْلَحَةُ فِي خِلاَفِهِ، جَازَ لِلْوَكِيْلِ مُخَالَفَتُهُ وَلاَ يَلْزَمُهُ فِعْلُ مَا وُكِّلَ فِيْهِ.
“Andai kata muwakkil (pihak pertama) menentukan pasar, kadar (ukuran) dan konsumen, sedangkan di sana terdapat isyarat pada selain yang ditentukan, atau isyarat tersebut tidak menunjukkan akan keharusan untuk melaksanakan ketentuan dari muwakkil tersebut, sedangkan kemaslahatannya justru terdapat pada selain yang ditentukan, dengan demikian diperbolehkan bagi seorang wakil (pihak kedua) untuk melaksanakan hal yang diluar ketentuan muwakkil dan tidak wajib melaksanakan apa saja yang diwakilkannya.”
حَاشِيَةُ الْجَمَلِ: 8 / 44
مَتَى حَلَّ لَهُ الْأَخْذُ وَأَعْطَاهُ لِأَجْلِ صِفَةٍ مُعَيَّنَةٍ لَمْ يَجُزْ لَهُ صَرْفُ مَا أَخَذَهُ فِي غَيْرِهَا فَلَوْ أَعْطَاهُ دِرْهَمًا لِيَأْخُذَ بِهِ رَغِيفًا لَمْ يَجُزْ لَهُ صَرْفُهُ فِي إدَامٍ مَثَلًا أَوْ أَعْطَاهُ رَغِيفًا لِيَأْكُلَهُ لَمْ يَجُزْ لَهُ بَيْعُهُ وَلَا التَّصَدُّقُ بِهِ وَهَكَذَا إلَّا إنْ ظَهَرَتْ قَرِينَةٌ بِأَنْ ذَكَرَ الصِّفَةَ لِنَحْوِ تَجَمُّلٍ كَقَوْلِهِ لِتَشْرَبَ بِهِ قَهْوَةً مَثَلًا فَيَجُوزُ صَرْفُهُ فِيمَا شَاء.
“Kapan saja halal bagi wakil untuk mengambil harta serta memberikan, karena ada sifat yang jelas maka dia tidak boleh mengalokasikan harta pada selain sifat tersebut. Andai muwakkil memberikan satu dirham untuk membeli roti maka tidak diperbolehkan bagi wakil untuk membelikan lauk pauk, dan atau dia memberikan roti untuk dimakan maka tidak diperbolehkan membelanjakan dan menyedekahkan uang tersebut, kecuali terdapat isyarat atau qorinah seperti contoh muwakkil menyebutkan sifat yang semisal kembang bibir seperti ucapan muwakkil (ini uang untuk membeli kopi) maka diperbolehkan bagi wakil untuk membelanjakan uang tersebut sesuai kehendaknya.